Dirut PLN Curhat: Investasi Rp 100 T, Tapi Laba Cuma Rp 5 T

Monica Wareza, CNBC Indonesia
Kamis, 02/09/2021 15:42 WIB
Foto: PLN

Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN (Persero) memiliki rencana investasi yang besar setiap tahunnya, bahkan rata-rata mencapai Rp 100 triliun per tahun. Pasalnya, tidak hanya pembangkit listrik, perseroan juga harus terus membangun jaringan transmisi, distribusi, hingga Listrik Desa (Lisdes) dari Sabang sampai Merauke.

Nilai investasi yang besar ini dinilai tak sebanding dengan kinerja perusahaan yang hanya bisa membukukan laba sebesar Rp 5 triliun.

Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan, nilai proyek yang digarap perseroan setiap tahun sangat besar, sehingga tak bisa dibiayai hanya dengan kas perusahaan. Sedangkan untuk melakukan pinjaman, ini juga akan berdampak pada menumpuknya nilai utang perusahaan hingga ratusan triliun.


"Karena cashflow PLN tidak cukup untuk biayai investasi Rp 100 triliun setiap tahun. Padahal, labanya hanya Rp 5 triliun," kata Zulkifli dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (1/9/2021).

Nilai investasi ini pun sebenarnya sudah diturunkan dari tahun-tahun sebelumnya, di mana sebelumya nilai investasi ini bahkan mencapai Rp 120 triliun. Dan pada tahun ini telah diturunkan lagi dari Rp 100 triliun menjadi Rp 78 triliun.

Namun tetap saja, imbuhnya, sisa biaya investasi ini harus dipenuhi dari sumber eksternal. Kondisi ini terjadi setiap tahunnya, sehingga menyebabkan nilai utang PLN pun menumpuk hingga Rp 500 triliun.

"Jadi, Rp 5 triliun dibandingkan investasi Rp 78 triliun, dari cash di PLN itu tidak cukup. Sehingga, setiap tahun PLN harus meminjam ke bank. Jadi, kalau dilihat itu kenapa PLN punya pinjaman bank hampir Rp 500 triliun," jelasnya.

Untuk itu, PLN pada 2022 telah dianggarkan untuk mendapatkan penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp 5 triliun. Diakuinya sendiri, meski sudah dibantu pemerintah, namun biaya ini masih belum dirasa cukup.

"Secara umum, kami pahami concern Bapak, Ibu, kami akan penuhi Lisdes. Lisdes tidak mungkin diserahkan ke swasta, ini kan tidak feasible. Siapa yang mau laksanakan Lisdes di ujung Indonesia itu. Secara umum saya sampaikan, kami commit jaga PMN betul-betul dilaksanakan sesuai rencana. Tapi kami mohon dibantu karena tahun 2022 kami minta Rp 10 triliun, dikasih hanya Rp 5 triliun," paparnya.

Adapun penggunaan PMN ini, jelasnya, akan digunakan untuk pembiayaan belanja modal (capital expenditure/ capex) dalam proyek sektor energi terbarukan, transmisi, distribusi, termasuk di dalamnya pelaksanaan program listrik desa dan pembangkit EBT penunjang program Lisdes.

Perencanaan investasi ini oleh perusahaan diutamakan untuk pengembangan transmisi terkait evakuasi daya dari pembangkit, penurunan biaya pokok penyediaan (BPP) listrik, mengatasi kerawanan sistem dan untuk mendukung peningkatan penjualan.

Dari sisi fungsi transmisi, jelasnya, investasi akan berfokus untuk mendukung evakuasi daya dari pembangkit baru milik PLN maupun IPP ke konsumen. Dari Rp 5 triliun tersebut, untuk fungsi ini akan dialokasikan dana senilai Rp 2,8 triliun.

Sedangkan dari sisi distribusi, investasi ini dibutuhkan untuk mendukung peningkatan penjualan kepada pelanggan baru. Nilai yang dialokasikan di pos ini sebesar Rp 2,2 triliun.

Rincian penggunaannya adalah senilai Rp 225 miliar untuk pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT), lalu Rp 2,25 triliun untuk transmisi gardu induk dan distribusi Lisdes sebesar Rp 1,842 triliun.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: DPR Bicara Nasib Pembangkit Nuklir - Prospek Danantara di EBT