Manufaktur RI Catatkan Prestasi, Jadi yang Terbaik di Dunia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 September 2021 12:30
Ilustrasi Pabrik Sepeda Motor (Dok. AHM)
Foto: Ilustrasi Pabrik Sepeda Motor (Dok. AHM)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) masih menghantui perekonomian dunia. Pandemi, yang diatasi dengan membatasi aktivitas dan kegiatan masyarakat, membuat 'roda' ekonomi berputar lambat.

Salah satunya tercermin dari aktivitas manufaktur yang dicerminkan oleh Purchasing Managers' Index (PMI). Saat angka PMI di atas 50, artinya dunia usaha berada di fase ekspansi. Sebaliknya kalau masih di bawah 50, industriawan sedang mengalami kontraksi alias 'tiarap'.

IHS Markit melaporkan, PMI manufaktur global pada Agustus 2021 adalah 54,1. Masih ekspansif, tetapi turun 1,3 poin dibandingkan bulan sebelumnya.

pmi

"Dari 31 negara, 21 di antaranya membukukan skor PMI di atas 50. Namun secara umum terjadi perlambatan, karena 24 negara mengalami penurunan PMI dibandingkan Juli 2021.

"Produksi maupun pemesanan baru (new orders) masih meningkat, tetapi laju ekspansinya melambat. Upaya untuk menggenjot produksi terhalang oleh gangguan di rantaip pasok dan kekurangan tenaga kerja. Sementara permintaan ekspor pada Agustus 2021 berada di titik terendah dalam tujuh bulan terakhir," sebut keterangan tertulis IHS Markit.

Halaman Selanjutnya --> PPKM Ganggu Manufaktur

Apa boleh buat, saat virus corona (apalagi dengan kehadiran varian delta yang lebih menular ketimbang sebelumnya) mengancam nyawa umat manusia, kegiatan ekonomi harus mengalah. Berbagai negara memberlakukan pengetatan pembatasan aktivitas dan mobilitas warga agar virus corona tidak semakin menyebar.

Di Indonesia, kebijakan ini diberi nama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Pada awal Juli 2021, PPKM Darurat yang amat ketat sempat membuat aktivitas manufaktur terganggu. Pekerja tidak bisa datang ke pabrik, karena terhalang penyekatan yang dilakukan aparat keamanan.

Saat ini PPKM sudah dilonggarkan secara bertahap. Namun masih ada sejumlah pembatasan yang bisa menganggu distribusi dan rantai pasok.

Ini yang membuat aktivitas manufaktur Indonesia masih di zona kontraksi. Pada Agustus 2021, skor PMI manufaktur Indonesia adalah 43,7. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 40,1, tetapi masih cukup jauh dari ambang batas 50.

pmi

"Gangguan Covid-19 berlanjut terhadap perekonomian Indonesia dan membebani sektor manufaktur selama dua bulan berturut-turut. Meskipun begitu, dengan gelombang kedua Covid-19 yang sudah melewati puncak, penurunan produksi dan permintaan perlahan mereda," sebut keterangan tertulis IHS Markit.

Akan tetapi, dunia usaha tetap menilai pandemi Covid-19 dan PPKM masih menjadi beban. Beban itu terjadi di dua sisi sekaligus, produksi dan permintaan.

"Walau tingkat penurunan produksi dan permintaan baru melandai dibandingkan Juli, tetapi masih tergolong tajam. Ini menyebabkan perusahaan tetap waspada dengan tingkat ketenagakerjaan. Kondisi ini, ditambah dengan absen kerja karena Covid-19, menyebabkan rekor akumulasi penumpukan pekerjaan paling tajam," lanjut keterangan IHS Markit.

Jingyi Pan, Economics Associate Director IHS Markit, mengatakan sektor manufaktur Indonesia terus terdampak oleh gelombang kedua Covid-19. Namun kabar baiknya, semua tampak membaik dibandingkan Juli sejalan dengan menurunnya kasus Covid-19 di Indonesia. Hal ini terlihat dari melandainya tingkat penurunan permintaan dan output dibandingkan bulan Juli.

"Pada saat yang sama, kita telah melihat kepercayaan dunia usaha di Indonesia menurun dibandingkan Juli meskipun gelombang Covid-19 mereda. Akuisisi inventaris pra-produksi dan kondisi ketenagakerjaan juga menurun," sebut Pan.

Halaman Selanjutnya --> Indonesia Masih Bisa Berprestasi

Well, betul PMI manufaktur Indonesia masih di zona kontraksi. Namun bukan berarti Indonesia tidak beprestasi lho.

PMI manufaktur Indonesia meningkat 3,6 poin dari Juli ke Agustus. Ini adalah kenaikan tertinggi di dunia, tidak ada yang mengalami lonjakan PMI setajam Indonesia.

Ke depan, bagaimana prospek aktivitas manufaktur Indonesia? Apakah bulan ini sudah bisa kembali ke zona ekspansi di atas 50?

Anthony Kevin, Ekonom Mirae Asset, memperkirakan sepertinya PMI manufaktur Tanah Air pada September 2021 masih berada di zona kontraksi di bawah 50. PPKM memang semakin longgar, tetapi bukan berarti tidak ada pembatasan. Ini yang membuat sektor manufaktur Indonesia belum bisa lepas dari tekanan.

"Meski Indonesia terus mencatatkan penurunan kasus positif dan kasus aktif Covid-19, tetapi kami menilai pemerintah akan tetap memilih bermain aman dengan menerapkan pembatasan. Ini dilakukan untuk menjaga tren positif dalam hal penanganan pandemi.

"Vaksinasi anti-virus corona masih relatif lambat. Per 24 Agustus 2021, baru 16,9% lansia yang sudah mendapatkan vaksin dosis penuh.

"Oleh karena itu, menjadi hal yang bijak jikalau pemerintah tetap menerapkan pembatasan sosial. Langkah ini akan berdampak positif dalam jangka panjang, meski dalam jangka pendek akan membuat ekonomi 'lumpuh'," papar Kevin dalam risetnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular