Pasokan Melimpah, Ekspor Gas RI Bisa Melonjak 4x di 2030 lho

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
Kamis, 02/09/2021 11:33 WIB
Foto: An LNG tanker is seen off the coast of Singapore February 3, 2017. REUTERS/Gloystein/File Photo/File

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah memperkirakan ekspor gas pada 2030 melonjak hampir empat kali lipat menjadi 6,9 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) dari 1,5 BSCFD pada 2020.

Hal tersebut tercantum dalam Grand Strategi Energi Nasional (GSEN) yang dipaparkan Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha dalam Plenary Session hari ke-2 "The 45th IPA Convention and Exhibition 2021" secara virtual pada hari ini, Kamis (02/09/2021).

Adanya perkiraan lonjakan ekspor gas tersebut dengan asumsi produksi gas nasional pada 2030 mencapai 12,1 BSCFD, sementara permintaan gas di dalam negeri hanya sekitar 5,2 BSCFD.


Produksi gas 12,1 BSCFD tersebut berasal dari produksi dari lapangan yang ada saat ini 2,6 BSCFD, lalu ditambah dari cadangan yang akan diubah menjadi produksi (reserve to production) 5,8 BSCFD, dan dan eksplorasi baru 3,7 BSCFD.

Dari sisi permintaan gas di dalam negeri diperkirakan tidak meningkat pesat hingga 2030. Dari permintaan gas di dalam negeri sebesar 3,8 BSCFD pada 2020, diperkirakan hanya naik menjadi 4,7 BSCFD pada 2025, dan 5,2 BSCFD pada 2030.

Sementara produksi gas nasional dari 5,3 BSCFD pada 2020, diperkirakan naik menjadi 8,2 BSCFD pada 2025 dan 12,1 BSCFD pada 2030.

Adapun ekspor gas dari 1,5 BSCFD pada 2020 diperkirakan naik menjadi 3,5 BSCFD pada 2025 dan naik lagi menjadi 6,9 BSCFD pada 2030.

Meski pada Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) 2017 Indonesia ditargetkan tak lagi ekspor gas mulai 2035-2036 mendatang, namun berdasarkan GSEN ini, Indonesia diperkirakan masih akan ekspor hingga 2040, namun dalam jumlah yang lebih sedikit.

Berdasarkan GSEN, Indonesia diperkirakan masih ekspor gas pada 2040 sebesar 1,6 BSCFD dengan asumsi produksi gas nasional turun menjadi 9,3 BSCFD, namun permintaan dalam negeri naik menjadi 7,7 BSCFD.

Terkait rencana RI untuk setop ekspor gas mulai 2035 pun menurut Satya ini kemungkinan belum bisa terealisasi mengingat serapan gas di dalam negeri masih terbatas.

Satya mengatakan, dengan potensi suplai yang besar, namun permintaan dalam negeri, maka kemungkinan potensi ekspor masih bisa dilakukan.

"Sulit sekali nggak ada ekspor 2035 kalau nggak ada demand di dalam negeri. Ini isu utama yang sedang didiskusikan DEN dengan tujuh menteri, termasuk Kepala Bappenas. Kami bahas kebijakan yang tepat apakah demand realistis, kalau suplai ada di situ, tapi demand nggak bagus, ada potensi ekspor gas kita," tuturnya.

Oleh karena itu, menurutnya pihaknya dan kementerian terkait kini juga membahas rencana revisi RUEN tersebut agar disesuaikan dengan kondisi terkini, seperti pertumbuhan ekonomi, rencana transisi energi ke energi baru terbarukan, serta Grand Strategi Energi Nasional.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bahlil Ingatkan Indonesia Jangan Kena Kutukan Sumber Daya Alam