
Coca-Cola Dukung Akses Air Bagi Masyarakat Grigak

Jakarta, CNBC Indonesia - Coca-Cola Indonesia fokus melakukan pemulihan pengelolaan air yang bertanggung jawab sebagai suatu kewajiban dan prioritas utama dalam berbisnis. Coca-Cola juga mengumumkan strategi global holistik untuk 2030 untuk mencapai ketersediaan air, baik bagi bisnisnya maupun bagi masyarakat.
Perusahaan juga menginisiasi pembangunan embung tadah hujan di Gunung Kidul, DI Yogyakarta, Embung Grigak, sebagai tadah hujan untuk memenuhi air di kawasan pantai Grigak. Embung tadah hujan seluas 1 hektare ini mulai dibangun pada bulan Maret 2020 dan diresmikan pada bulan Mei lalu.
Director of Public Affairs, Communications and Sustainability of PT Coca-Cola Indonesia dan Ketua Pelaksana CCFI, Triyono Prijosoesilo menjelaskan pembangunan embung ini menjadi salah satu Community Water Program untuk mempertahankan kelestarian air dan lingkungan.
"Fokus pada pengelolaan air baik membangun embung, ada pembangunan sumur resapan dan biopori, kami bisa mengembalikan air yang kami gunakan. Hingga 2014 kami sudah mengembalikan 100% dan meningkat hingga 172% tahun lalu," kata Triyono, Selasa (31/8/2021).
Saat ini sudah ada 7 embung yang dibangun di berbagai daerah di Jawa dan NTT dan telah berhasil mengairi 140 hektare di lahan musim kemarau, dan menjaga kebutuhan air saat kemarau. Dia mengatakan, lokasi embung Grigak yang unik dan di tepi laut membuatnya bisa meningkatkan potensi ekowisata.
"Kami cukup terbuka berbagai macam metode terkait bagaimana mengelola air dan mengembalikan air dan kepada masyarakat dan untuk menjaga air tanah," ujarnya.
"Dengan pembangunan embung tadah hujan, kami berharap dapat menjawab berbagai persoalan, khususnya akses air bagi masyarakat lokal. Termasuk membantu menyediakan air yang memadai khususnya untuk pertanian, serta memberikan manfaat ekonomi jangka panjang. Dan jika nantinya berdampak pada tumbuhnya pariwisata di dekat lokasi, tentunya menjadi nilai plus bagi para penduduk sekitar dalam meningkatkan kehidupan dan kesejahteraan mereka, dan kami turut senang telah ikut berperan," tambahnya.
Embung Grigak yang terletak di Dukuh Karang, Kelurahan Girikato, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, merupakan daerah yang tandus dengan kondisi tanah yang berupa perbukitan kapur. Untuk mendapatkan akses air, para petani biasanya menunggu musim hujan yang menyebabkan mereka kesulitan untuk bercocok tanam sepanjang tahun.
Dalam kesempatan yang sama Direktur Eksekutif Yayasan Obor Tani, Pratomo mengungkapkan Pantai Grigak sebenarnya mempunyai tanah yang subur dan kaya akan mineral esensial yang diperlukan oleh tanaman. Dengan tanah karst atau tanah kapur yang memiliki tingkat keasaman (pH di atas 6), lahan di wilayah ini sangat bagus dimanfaatkan untuk tanaman.
Tanah di kawasan Pantai Grigak cocok dimanfaatkan untuk penanaman tiga jenis tanaman buah, yaitu alpukat, kelengkeng dan mangga. Namun komoditas ini baru bisa berhasil tumbuh jika tersedia cukup air. Hadirnya embung tadah hujan ini diharapkan bisa membantu pemenuhan kebutuhan air untuk pertanian agar para petani dapat hidup dari tanahnya.
Dengan potensi-potensi ini, pihaknya pun dapat menilai seberapa efektif dari setiap program yang ada untuk pemberdayaan masyarakat. Pratomo menyebutkan paramater umum adalah peningkatan pendapatan masyarakat per hari berada di atas ketentuan World Bank yakni US$ 2 per hari. Pihaknya juga melakukan evaluasi dan klasifikasi bersama BPS untuk mengukur keberhasilan di setiap program.
"Peningkatan pendapatan itu bisa didapatkan dari berbudi daya tanaman hortikultura dan agrowisata atau pendapatan lain yang meningkat karena di sana bisa menjadi sentra ekonomi baru. Salah satu yang sudah berhasil adalah di daerah Pekalongan dan Gunung Kidul ini," kata dia.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Insiden Ronaldo Geser Botol Coca Cola Ternyata Ada Hikmahnya