Jeng! China Buat Aturan Baru di LCS, Awas Kapal Ga Bisa Lewat
Jakarta, CNBC Indonesia - Dinamika sengketa di Laut China Selatan (LCS) terus berlanjut. Kali ini sebuah manuver terbaru dilakukan oleh China.
Beijing dilaporkan meminta setiap kapal-kapal khusus untuk melaporkan posisinya pada saat memasuki perairan klaim teritorialnya. Nantinya akan ada beberapa kapal yang diwajibkan untuk melaporkan posisinya kepada Administrasi Keselamatan Maritim China.
Kapal-kapal itu adalah kapal selam, kapal nuklir, kapal yang membawa bahan radioaktif, serta kapal-kapal tanker, bahan kimia, gas cair, dan zat berbahaya. Aturan itu akan mulai berlaku pada Rabu (1/9/2021) besok.
"Peluncuran peraturan maritim semacam itu adalah tanda peningkatan upaya untuk menjaga keamanan nasional China di laut dengan menerapkan aturan ketat untuk meningkatkan kemampuan identifikasi maritim," ujar badan maritim Beijing itu dikutip The Hindu, Selasa (31/8/2021) .
Nantinya Beijing akan mengambil langkah yang tegas dalam memberlakukan perlakuan itu. Bila aturan ini tidak diindahkan, kapal yang melanggar akan diusir dari wilayah perairan LCS.
"Administrasi Keselamatan Maritim memiliki kekuatan untuk menghalau atau menolak masuknya kapal ke perairan China jika kapal tersebut ditemukan menimbulkan ancaman terhadap keamanan nasional China," lapor surat kabar Global Times.
Manuver ini diambil Beijing ketika rivalnya Amerika Serikat (AS)menggalang dukungan dari negara negara sengketa LCS lainnya. Washington menganggap bahwa di LCS haruslah diberlakukan kebebasan navigasi. Oleh karena itu, AS merasa bahwa China melakukan klaim sepihak.
China bersikukuh mengklaim sekitar 90% dari lautan itu dalam apa yang disebut sebagai "sembilan garis putus-putus" dimana mencakup area seluas sekitar 3,5 juta kilometer persegi (1,4 juta mil persegi). Bahkan, China membangun kota baru di kepulauan Paracel yang dinamai Shansa.
Sementara itu, LCS juga merupakan jalur penting untuk sebagian besar pengiriman komersial dunia. Lautan itu juga diklaim oleh Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam. Lautan itu juga diyakini sebagai lautan yang kaya hasil alam, terutama migas dan ikan.
(sef/sef)