
Inflasi Agustus Diramal Rendah! Daya Beli Turun, Pak Jokowi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Laju inflasi Indonesia pada Agustus 2021 sepertinya akan melambat. Harga produk dan layanan kesehatan yang turun membuat laju inflasi terkendali.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data inflasi Agustus 2021 pada 1 September 2021. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi inflasi 0,03% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).
Sementara dibandingkan Agustus 2021 (year-on-year/yoy) terjadi inflasi 1,59%. Kemudian inflasi inti secara tahunan diperkirakan 1,3%.
Institusi | Inflasi Umum (%mtm) | Inflasi Umum (%yoy) | Inflasi Inti (%yoy) |
Citi | 0.03 | 1.59 | 1.30 |
ING | 0.09 | 1.6 | - |
Maybank Indonesia | 0.01 | 1.57 | 1.37 |
Bank Mandiri | 0.03 | 1.6 | 1.30 |
CIMB Niaga | 0.03 | 1.59 | 1.20 |
Bank Permata | 0.01 | 1.57 | 1.19 |
Bank Danamon | 0.05 | 1.62 | 1.40 |
Danareksa Research Institute | 0.03 | 1.62 | 1.14 |
BCA | 0.03 | 1.6 | 1.30 |
MNC Sekuritas | 0.02 | 1.59 | - |
BNI Sekuritas | 0.01 | 1.57 | - |
MEDIAN | 0.03 | 1.59 | 1.30 |
Bank Indonesia (BI) dalam Survei Pemantauan Harga (SPH) pekan IV memperkirakan inflasi bulan ini akan sebesar 0,01% mtm. Ini membuat inflasi tahunan menjadi 1,57% dan inflasi tahun kalender (year-to-date/ytd) 0,82%.
"Penyumbang utama inflasi Agustus 2021 sampai dengan minggu ke-empat yaitu komoditas minyak goreng sebesar 0,03% (mtm), tomat sebesar 0,02% (mtm), telur ayam ras dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, beberapa komoditas mengalami deflasi, antara lain cabai rawit sebesar -0,05% (mtm), cabai merah sebesar -0,03% (mtm), kangkung, bayam, sawi hijau, kacang panjang, bawang merah, jeruk, emas perhiasan dan angkutan antarkota masing-masing sebesar -0,01% (mtm)," sebut keterangan tertulis BI.
Faisal Rachman, Ekonom Bank Mandiri, menilai salah satu faktor yang membuat inflasi Agustus 2021 relatif jinak adalah komponen pengeluaran kesehatan. Mulai pertengahan bulan ini, pemerintah memutuskan biaya tes Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk mengetahui infeksi virus corona turun dari Rp 900.000 menjadi Rp 495.000. Selain itu, harga obat-obatan untuk penyakit yang disebabkan oleh virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) juga berangsur turun setelah sempat melonjak.
"Harga produk dan layanan kesehatan kami perkirakan turun karena permintaan kembali normal setelah melonjak akibat panic buying saat awal kebijakan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat pada Juli 2021. Kebijakan menurunkan harga tes PCR juga berpengaruh," sebut Faisal dalam risetnya.
Halaman Selanjutnya --> Jokowi Sempat Singgung Pelemahan Daya Beli