Bisnis FSRU Punya Prospek Cerah, Simak Penjelasan Ini

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
25 August 2021 12:27
Masa Depan Bisnis Kapal FSRU Pemasok Gas di Indonesia (CNBC Indonesia TV)
Foto: Masa Depan Bisnis Kapal FSRU Pemasok Gas di Indonesia (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bisnis Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) memiliki potensi besar seiring dengan dengan transformasi energi bersih pada masa depan.

Pakar Ekonomi Keuangan, Roy Sembel, mengatakan pandemi menjadi salah satu pendorong pengembangan energi bersih di Indonesia yang diproyeksi akan mengalami transisi besar dalam 2 dekade mendatang.

Salah satu energi bersih yang perlu didorong saat ini adalah gas yang memiliki keekonomian tinggi dengan tingkat emisi yang rendah. Guna mendukung pengembangan energi bersih LNG dipergunakan untuk pengembangan logistik dan infrastruktur energi salah satunya lewat Pengelolaan Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) yang berfungsi mengubah LNG menjadi gas.

"Jadi tadi kalau dilihat angkanya gas itu sekarang 17% kemudian ke depannya pada tahun 2060 harus full energi bersih jadi tahun-tahun ke depan akan ada transisi dari energi yang kotor ke energi bersih di tengah-tengahnya masa transisi ini adalah gas energi yang lebih bersih," ujar Roy kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Selasa (24/8/2021).

Saat pandemi seperti saat ini, orang biasanya menarik napas sejenak berpikir apa yang bisa dilakukan segera dengan inovasi baik produk proses maupun inovasi yang lain. Hal ini dilakukan agar yang tadinya tersendat-sendat bisa lebih cepat berjalan. Contohnya saat sebelum pandemi, digitalisasi berjalan perlahan, namun saat pandemi hal ini langsung melejit.

"Jadi justru pandemi Ini mendorong orang untuk embrace disrupsinya sehingga dengan demikian akan lebih cepat tercapai yang tadinya target mungkin bisa molor," katanya lagi.



Menurut Roy, potensi FSRU tak hanya di gudang terapung tapi juga ekosistem penunjangnya. Misalnya kapal yang digunakan mengangkut gas, belum lagi pelabuhan serta layanan lain-lainnya.

"Kemudian juga belum lagi yang penunjang penunjang di titik tersebut dan juga dengan keberadaan dari listrik yang lebih terjamin, maka di area tersebut akan banyak berkembang bisnis-bisnis yang tadinya kesulitan karena kekurangan listrik misalnya. Jadi ada dampak langsung dan tidak langsung dan juga emisinya yang 1/60 kali," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Praktisi Pengelolaan Floating Storage and Regasification Unit (FSRU), Tammy Meidharma, mengatakan untuk satu titik FSRU bisa digunakan sebagai hub. "Ambil contoh saja yang ada di Jakarta atau di Jawa-1 ini kan ada dua Kalau enggak salah di Pulau Jawa di Jakarta ini satu di Cilamaya Jawa-1 yang satu lagi Nusantara Regas Satu. Di mana keduanya nanti akan memasok pembangkit yang Jawa-1 untuk pembangkit Jawa-1 yang akan mungkin akan beroperasi di tahun depan," katanya.

"Sedangkan yang ada di Pulau Seribu itu melayani 3 pembangkit listrik yaitu Muara Karang, Tanjung Priok sama Muara Tawar. Jadi untuk satu area saja sih kalau di satu area itu ada pipa yang menyambungkan mungkin bisa beberapa titik," imbuhnya.

Sementara itu, jika berbicara nilai bisnisnya, menurut dia cukup besar karena tidak hanya untuk pembangkit listrik, tapi ke depan akan ada industri yang butuh gas. Misalnya saat ini sudah dilakukan pengurangan emisi termasuk di kapal dan banyak kapal pesiar itu akan berubah bahan bakarnya menjadi gas atau LNG.

"Ini juga merupakan suatu bisnis baru yaitu untuk bunker kapal itu juga kemudian ke depan itu juga bisa juga kalau ada konversi dari LPG menjadi LNG untuk masak untuk kebutuhan rumah tangga atau industri," pungkasnya.

Informasi saja, salah satu perusahaan di Indonesia yang fokus pada pengoperasian kapal LNG dan FSRU adalah PT GTS Internasional Tbk (GTSI). GTSI menjadi pelopor dalam mengoperasikan kapal LNG dan FSRU, infrastruktur penyedia LNG bagi kebutuhan pembangkit listrik.

GTSI berperan pada empat dari lima FSRU yang beroperasi di Indonesia. "GTSI berencana mencatatkan saham perdana pada 8 September 2021 mendatang," kata Direktur Utama GTS Internasional, Kemal Imam Santoso.



Dengan rencana tersebut, GTSI akan membangun FSRU permanen untuk melayani kebutuhan listrik di area Sulawesi Utara.

Mengutip laman resmi perusahaan, GTSI didirikan pada 1986 yang merupakan perusahaan bergerak di lini bisnis kapal pemasok LNG dan layanan terkait. Saat ini perusahaan terlibat baik secara langsung dan tidak langsung pada empat dari lima unit regasifikasi penyimpanan terapung atau FSRU yang beroperasi di Indonesia.


(yun/yun)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tingkatkan Penjualan LNG Domestik, PGN-PIS Sepakat Kerja Sama

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular