Pakai BBG Bisa Hemat Lebih dari Rp 500/Liter daripada BBM!

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
Jumat, 20/08/2021 19:49 WIB
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemanfaatan gas bumi untuk bahan bakar kendaraan memiliki banyak faedah. Selain lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan bahan bakar minyak (BBM), penggunaan gas bumi juga dinilai lebih hemat biaya.

Penghematan jika menggunakan bahan bakar gas (BBG) bisa mencapai 13%. Pasalnya, harga BBG lebih murah dibandingkan dengan harga BBM per liternya. Harga BBG saat ini Rp 4.500 per liter setara premium (lsp), sementara harga BBM paling murah yakni solar saat ini Rp 5.150 per liter.

Sementara bila dibandingkan dengan bensin misalnya Premium, maka penghematan bisa lebih besar lagi, karena harga Premium kini sekitar Rp 6.450 per liter.


Hal tersebut diungkapkan Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas Pembangunan SPBG Kementerian ESDM Noor Arifin Muhammad.

"Penghematan penggunaan BBG ini bisa mencapai sekitar 13% dengan asumsi kebutuhan solar untuk satu unit bus sekitar 50 liter per hari dengan harga Rp 5.150 per liter. Jika menggunakan BBG biaya per lsp seharga Rp 4.500," tuturnya, seperti dikutip dari keterangan resmi Kementerian ESDM, Jumat (20/08/2021).

Menurutnya, pemerintah dengan dana APBN, sejak 2011 hingga 2016 telah membangun 46 unit Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) yang tersebar di beberapa Kabupaten dan Kota di Indonesia, antara lain Kota Palembang, Prabumulih, DKI Jakarta, Bogor, Bekasi, Tangerang Selatan, Depok, Cilegon, Merak, Serang, Kabupaten Subang, Purwakarta, Cirebon, Indramayu, Semarang, Gresik, Sidoarjo, Surabaya, dan Balikpapan.

"Sampai saat ini SPBG yang telah beroperasi sebanyak 17 unit," ujarnya.

Terbaru, Jawa Tengah menambah satu unit SPBG. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji hari ini, Jumat (20/08/2021), baru saja meresmikan SPBG baru di Kaligawe, Semarang, Jawa Tengah.

SPBG ini memiliki kapasitas 1 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) atau setara dengan 30.000 liter premium per hari (lsp).

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina Iman Rachman menjelaskan, rata-rata pemakaian gas untuk 200 unit bus Trans Semarang sekitar 8.400 lsp. Dari pemanfaatan SPBG Kaligawe yang berkapasitas 30.000 lsp, masih ada sekitar 21.600 lsp yang bisa dipakai untuk 500-600 kendaraan lain.

"Diharapkan SPBG Kaligawe ini menjadi salah satu titik suplai penyediaan bahan bakar gas di wilayah Jawa Tengah dan pada akhirnya dapat mendorong bisnis gas secara keseluruhan di wilayah tersebut. Nantinya fasilitas ini juga dapat dioptimalkan untuk layanan Compressed Natural Gas (CNG) sektor komersial sebagai salah satu upaya substitusi LPG secara bertahap," ujar Iman.

Direktur Utama PGN Haryo Yunianto menambahkan, PGN sebagai Subholding Gas Pertamina akan melakukan penambahan titik suplai bahan bakar gas khususnya sektor transportasi di tempat lain, sehinga dapat semakin mempermudah akses masyarakat.

"Lokasi SPBG Kaligawe sudah cukup strategis di dekat ruas jalan nasional. Maka perlu dilakukan survei lebih mendetail terutama capturing potensi demand transportasi di luar bus trans Semarang, seperti angkutan kota yang melewati Jalan Raya Kaligawe," ujar Haryo.

Dengan beroperasinya SPBG Kaligawe, berarti menambah jumlah outlet penyediaan BBG pada program konversi di sektor transportasi yang dikelola Pertamina Group. Ke depannya, akan dilakukan peningkatan utilisasi pada SPBG Kaligawe agar dapat melayani pelanggan di sektor rumah tangga dan industri retail di wilayah Semarang dan sekitarnya.

SPBG Kaligawe sekaligus menjadi realisasi manfaat dari Jumperline Tambak Lorok guna menyediakan fleksibilitas dan kehandalan infrastruktur penyaluran gas bumi di Jawa Tengah.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bahlil Ingatkan Indonesia Jangan Kena Kutukan Sumber Daya Alam