Biar Ga Cuma 'Omdo', Ini Terobosan BBG Bisa Hidup Lagi

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
21 April 2021 12:45
PENGISIN BAJAJ BBG PGN
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia kini masih bergantung pada impor bahan bakar minyak (BBM) karena masih minimnya pasokan di dalam negeri, sementara kebutuhan semakin meningkat. Sementara itu, pasokan gas melimpah, namun justru konsumsi di dalam negeri masih rendah, sehingga masih diekspor. Bahkan, hingga 2030 Indonesia diperkirakan akan kelebihan pasokan gas alam cair (LNG).

Untuk mengurangi ketergantungan pada BBM, salah satu upaya yang akan digalakkan lagi oleh pemerintah yaitu mendorong konsumsi gas di sektor transportasi.

Beberapa tahun lalu, program pemanfaatan bahan bakar gas (BBG) ini sempat digaungkan melalui penggunaan BBG di sejumlah transportasi publik seperti Bus Transjakarta, taksi, bajaj, dan juga kendaraan dinas pemerintahan. Tak hanya itu, sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) pun dibangun.

Namun sayangnya, fenomena itu hanya sekejap. Kini program BBG pun seolah mati suri.

Kendati demikian, kini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan juga PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) berkomitmen untuk kembali menggencarkan penggunaan BBG ini.

Bagaimana caranya agar program BBG ini tidak mandek lagi? Apa saja terobosan yang akan dilakukan?

Direktur Utama PGN Suko Hartono mengatakan, pihaknya akan memulai proyek percontohan penggunaan BBG di daerah yang kecil terlebih dahulu, sehingga mudah dikontrol. Percontohan pertama akan dilakukan di Bali.

Selain daerahnya kecil, menurutnya peraturan daerah Bali juga mendukung untuk penggunaan energi bersih dan ramah lingkungan.

"Kami strateginya proyek percontohan di pulau-pulau saja, misalnya Bali yang gampang karena peraturannya mendukung, lokasinya bisa kita kontrol, itu daerah yang mungkin kami usulkan untuk pilot project untuk konversi ke BBG ini," ungkapnya di Jakarta, Senin (19/04/2021).

Dia pun mengakui, program konversi BBM ke BBG ini tidak bisa dilaksanakan di semua sektor dan lokasi. Pihaknya akan fokus pada sektor transportasi dengan rute tertentu dan terbatas atau point to point.

Dia mencontohkan, sektor transportasi yang bisa menggunakan BBG ini antara lain kapal feri dari Pelabuhan Banyuwangi ke Pelabuhan Gilimanuk, kendaraan di dalam bandara, pelabuhan, dan angkutan publik yang jelas rutenya sehingga SPBG bisa disediakan di setiap pul kendaraannya.

"Tapi kami realistis, tidak semua bisa kami konversi, jadi nanti ada segmen tertentu, misalnya Bali, kapalnya mungkin bisa, kapal feri dari Banyuwangi mungkin bisa," tuturnya.

Selain itu, lanjutnya, perusahaan juga akan mengembangkan BBG yang secara keekonomian dinilai menarik, terutama untuk menggantikan BBM non subsidi.

"PGN lebih fokus hari ini mengembangkan konversi ini yang secara keekonomian menarik. Kami menggantikan konsumsi BBM yang non subsidi, daerah yang kami kembangkan misalnya daerah yang mobilitasnya terbatas seperti pelabuhan, bandara dan sebagainya, itu yang jadi concern," paparnya.

Dia menilai penerapan BBG pada taksi seperti yang digencarkan sebelumnya itu kurang tepat karena rute taksi yang acak, sembarang dan tidak point to point.

"Kalau dulu kan taksi, rasanya nggak mungkin, kurang pas. Yang memungkinkan itu public transport yang point to point saja, misalnya jalurnya yang sudah pasti dari A ke B," ujarnya.

Dia pun mengatakan tantangan dari program konversi BBM ke BBG saat ini yaitu peraturan dan badan usaha yang belum terintegrasi, serta ketersediaan dan keterjangkauan alat konversi ke BBG.

"Aturan dan badan usahanya harus terintegrasi. Selain peraturan, alat-alat konversi juga perlu jadi perhatian kita semua. Itu kira-kira yang menjadi tantangan," tuturnya.

Seperti diketahui, program konversi ke BBG ini sudah digaungkan sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Bahkan, pada periode Menteri ESDM dijabat oleh Jero Wacik pada 2013 lalu, Jero Wacik sempat menuturkan dirinya ingin membuktikan bahwa program konversi BBM ke BBG ini bukan hanya "omdo" (omong doang) atau sekedar wacana.

Namun sayangnya, hingga kini program BBG ini masih sebatas "omdo", Pak Wacik.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Seolah Mati Suri, Kini Bahan Bakar Gas Bakal Digalakkan Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular