Murah, Harga Listrik PLTS RI Ada yang di Bawah 4 Sen Dolar!

Jakarta, CNBC Indonesia - RI dikaruniai sumber daya energi baru terbarukan (EBT) yang melimpah. Adapun sumber EBT terbesar RI adalah energi surya.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan, potensi energi surya RI mencapai 207 Giga Watt (GW).
Dia menjelaskan, semakin ke sini ongkos produksi listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) semakin murah. Misalnya, di Arab Saudi harga listrik dari PLTS sudah bernilai single digit alias di bawah 10 sen dolar per kilo Watt hour (kWh). Dan Indonesia, imbuhnya, juga sedang mengarah ke sana juga.
Menurutnya, saat ini ada beberapa PLTS di Indonesia yang harga listriknya bahkan telah di bawah US$ 4 sen per kWh.
"Indonesia mengarah ke sana, ada yang sudah financial close PLTS Terapung Cirata US$ 5,8 sen per kWh, masih panjang ke angka US$ 1 sen per kWh, tapi prosesnya sudah menuju ke sana, dan yang dilakukan PLN marketing test untuk Saguling, Singkarak angkanya sudah di bawah US$ 4 sen," paparnya dalam webinar IESR, Kamis (19/08/2021).
Meski harga US$ 1 sen per kWh masih belum terealisasi, namun menurutnya sudah tergambar dari sisi harga bahwa Indonesia mengarah ke pemanfaatan PLTS yang semakin kompetitif. Dadan menjelaskan, pada 2014 ada Peraturan Menteri ESDM yang mencantumkan harganya bahkan mencapai US$ 25 sen per kWh.
"Sekarang susun Perpres, saat Perpres keluar, maka harga listrik PLTS diharapkan akan lebih rendah dari kebijakan-kebijakan sebelumnya," paparnya.
Dadan mengatakan, pemanfaatan PLTS saat ini sudah semakin efisien dan kompetitif.
"Angkanya sudah demikian efisien, sudah kompetitif, di sisi pemanfaatan ada potensi PLTS 207 GW," jelasnya.
PLTS bisa menjadi andalan dalam mencapai target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) 23% pada 2025. Namun demikian, harus ada kepastian tarif untuk mendorong pemanfaatan PLTS di masyarakat.
Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Fraksi PAN Eddy Soeparno. Dia mengatakan, masalah tarif ini menjadi tantangan pengembangan sektor EBT saat ini.
"Soal tarif ini menjadi tantangan, tarif tersebut (PLTS) apakah perlu diregulasi secara khusus, bagaimanapun ini investasinya besar, bahkan banyak merupakan pilot project investor," paparnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Kamis (03/06/2021).
[Gambas:Video CNBC]
Ini 'Harta Karun' Energi Terbesar RI, Tapi Serapan Kurang 1%
(wia)