Ternyata Ini Alasan Negara Lain Ketakutan dengan Produk RI!

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
19 August 2021 16:45
Pedagang beraktivitas di salah satu gerai kain di Pasar Mayestik, Jakarta, Rabu (11/11/2020). Pasar dalam negeri kembali dibanjiri oleh produk impor baik dalam bentuk kain maupun pakaian jadi di tengah lesunya industri domestik. Sengkarut industri tekstil terkait masalah impor masih belum berkesudahan. Saat ini ada tarik-tarikan kepentingan antara pelaku usaha industri soal mekanisme impor bahan baku yang efeknya bisa berbeda dari masing-masing industri hulu dan hilir. mengutip berita CNBC Indonesia pada 10 November, Kementerian Perdagangan dikabarkan bakal merevisi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) mengenai aturan main importasi tekstil. Hal ini tidak lepas dari dorongan industri dalam negeri yang meminta adanya perubahan regulasi dari aturan-aturan yang lama. Maklum, beberapa revisi Permendag yang mengatur impor sejak tahun 2015 dinilai selalu pro barang impor. Pantauan CNBC Indonesia salah satu pemilik toko mengatakan bahwa bahan yang ia beli Grosiran di Bandung, Tasik dan sekitarnya. Namun tidak diketahui dari Mama bahan dasar tekstil itu berasal. Kalangan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) termasuk di sektor hulu seperti benang masih mengeluhkan adanya gangguan produk impor. Masih ada persoalan tak harmoninya kebijakan sehingga ada industri yang kena dampak.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pedagang beraktivitas di salah satu gerai kain di Pasar Mayestik, Jakarta, Rabu (11/11/2020). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Produk Indonesia sempat mendapat hadangan oleh Pemerintah India selama 11 tahun berturut-turut, yakni untuk produk produk serat (benang) stapel viscose (viscose staple fiber/VSF). India menuduh Indonesia melakukan anti-dumping terhadap produknya untuk masuk ke pasar India.

"Dulu dia surplus dalam negeri, jadi ketika ada impor dari Indonesia dituduh dumping. Sekarang investasi spinning (pemintalan) di India besar-besaran, dan produsen dalam negeri nggak bisa mengejar demand bahan baku, di sisi lain kita investasi viscose juga besar," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta kepada CNBC Indonesia, Kamis (19/8/21).

Alhasil, ketika India membutuhkan bahan baku untuk produksi tekstil lebih besar, maka bea masuk anti dumping (BMAD) serat viscose yang selama ini berlaku dicabut. Berbeda dengan 11 tahun lalu dimana industri tekstil India belum sebesar saat ini, serapan serat viscose dalam negeri pun masih rendah. Hal ini karena khawatir tersaingi, maka pemerintah India menempuh kebijakan proteksi impor berupa BMAD.

"11 tahun lalu harga viscose kita di sana mahal dan India agak ketat, jadi kita kena dumping, bayar bea masuk anti-dumping. Kemudian, dia ada biaya trade tambahan serta harus membuktikan benar diproduksi di pabrik itu nggak, karena bisa jadi transhipment. India lebih ketat prosedur kepabeanannya," sebut Redma.

Setelah harga serat viscose Indonesia untuk masuk ke pasar India menjadi lebih murah, maka peluang untuk mendapatkan pasar lebih besar kian terbuka lebar. Pasalnya, harga produk Indonesia kini jadi lebih murah.

"Dari sisi harga bersaing, selama ini volume kita ke India ditekan karena ada dumping. Namun karena mereka butuh mereka tetap impor, mereka juga impor dari mana-mana. Kalau BMAD dicabut kita bisa ambil alih market India dari negara lain karena harga lebih murah, peningkatan bisa mencapai 15%. Tapi dalam negeri kita masih butuh viscose. Kalau ada sisa baru ekspor," jelasnya.

Pengenaan BMAD produk VSF Indonesia di India telah berlangsung sejak 26 Juli 2010 dengan besaran antara 0,103 USD/kg-0,512 USD/kg. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyambut baik keputusan Directorate General of Trade Remedies (DGTR) India yang menghentikan pengenaan BMAD produk ini.

"Setelah 11 tahun, akhirnya Indonesia berhasil melepaskan diri dari pengenaan BMAD produk VSF oleh otoritas India. Sebab, setelah dilakukan sunset review, tidak ditemukan dasar yang cukup kuat bagi DGTR untuk melanjutkan pengenaan BMAD kepada produk VSF Indonesia," jelas Lutfi.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Meski Resah, India Gagal Hambat Benang Gorden Asal Indonesia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular