Orang Kaya Makin Susah, Bisnis Golf 'Nangis Darah'

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
18 August 2021 12:35
Ilustrasi Golf. (AP/John Amis)
Foto: Ilustrasi Golf. (AP/John Amis)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bisnis lapangan golf termasuk yang dapat tekanan kuat selama berlangsungnya pandemi Covid-19. Sepanjang 1,5 tahun terakhir, sektor ini harus buka tutup karena mengikuti kebijakan pemerintah, PSBB di tahun lalu dan PPKM di tahun ini. Hal ini karena para pelanggan yang umumnya kalangan atas makin susah menyalurkan hobinya ini karena pembatasan sosial.

International Relation Officer Golf Club Managers Association of Indonesia (GCMAI) Widya Tirta Putra mengungkapkan bahwa pelaku usaha golf banyak yang mengalami kesulitan, utamanya dalam menanggung biaya operasional akibat berbagai pembatasan.

"Kesulitan ada karena kita nggak ada income, sedangkan PBB, BPJS karyawan, operasional maintenance jalan. Kemudian kalo mau buka perlu persiapan buka. Kalau udah persiapan kemudian nggak jadi, loss lagi stoknya. Misalnya saya ada resto jadi persiapan buka beli bahan-bahan, kalau nggak jadi buka kan expired," katanya kepada CNBC Indonesia, Selasa (16/8/21).

Ia bilang meski kerap dipandang sebagai sektor premium dan terkesan tidak memerlukan bantuan saat pandemi, sektor lapangan golf sebenarnya kena dampak parah karena biaya operasional juga tidak sedikit saat operasi tapi pemasukan minim.

"Memang main golf harganya tinggi, tapi operasional cost lapangan golf untuk nutupnya tinggi. PBB aja udah berapa luas, tanah besar 18-hole, atau 27-hole bisa 120 Ha, PBB sudah berapa miliar, pupuk, obat, mesin itu impor mengikuti kurs dolar, jadi dianggap karena premium nggak perlu diperhatikan, tapi sebenarnya cost tinggi," jelas Widya.

Untuk itu, sektor ini juga menjadi salah satu yang perlu mendapat perhatian, keringanan PBB menjadi salah satu yang bisa meringankan. Apalagi, tidak setiap perusahaan memiliki kekuatan yang sama.

"Beratnya di industri karena seberapa kuat industri bisa bertahan karena setiap bulan nggak ada income tapi cost operasional jalan terus, walau bisa efisiensi tapi seberapa jauh karena cashflow beda-beda tiap perusahaan," sebut Widya.

Sementara itu Manager the Card Asosiasi Pemilik Lapangan Golf Indonesia (APLGI) Indirasari Larasati menyebut bahwa PPKM tahun ini lebih lama dibanding tahun lalu (PSBB), sehingga cukup berdampak

"Tahun ini lebih lama ditutup, daerah seperti Bogor nggak boleh beroperasi, Yang boleh DKI, Bandung dan beberapa daerah saja. Minat golfer tidak pernah turun kecuali ada pembatasan," jelasnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (16/8/21).


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lapangan Golf 'Nangis Darah', Para Caddy Cantik Diupah Harian

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular