Internasional

3 Fakta Bencana Besar Baru Pasca Covid, RI Juga Terancam

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Senin, 16/08/2021 12:27 WIB
Foto: Sebuah pandangan umum menunjukkan 100.000 kartu pos dengan pesan-pesan menentang perubahan iklim, yang dikirim oleh orang-orang muda dari seluruh dunia dan berkumpul bersama untuk memecahkan Rekor Dunia Guinness dari kartu pos terbesar di Jungfraufirn, bagian atas gletser terpanjang di Eropa, Aletschgletscher, dekat Jungfraujoch, Swiss 16 November 2018. REUTERS / Arnd Wiegmann

Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia saat ini dilanda sebuah ancaman baru pasca pandemi Covid-19. Bencana itu adalah perubahan iklim yang diakibatkan oleh memanasnya suhu global.

Ancaman bencana baru ini mulai digaungkan lagi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Badan internasional itu bahkan mengeluarkan "kode merah untuk kemanusiaan" ketika para ilmuwan iklim terkemuka dunia menyampaikan peringatan paling keras tentang darurat iklim yang semakin dalam.


Lalu apa saja fakta-fakta mengenai ancaman besar dunia ini? Berikut daftarnya.

1. Membuat negara-negara kepulauan terancam

Sebuah laporan terbaru dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) menemukan bahwa dunia mungkin memanas hingga 1,5°C pada awal 2030-an. Kenaikan ini disebut sangat mengancam negara-negara kepulauan di Samudera Pasifik.

"Dengan meningkatnya suhu di atas 1,5°C, masyarakat Pasifik kemungkinan besar akan mengalami dampak perubahan iklim yang semakin menghancurkan," uja rProfesor Mark Howden,wakil ketua Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim dan direktur Institut Solusi Iklim, Energi & Bencana di Universitas Nasional Australia.

Ia menyebut bahwa fenomena perubahan iklim ini akan memancing beberapa bencana berat yang akan dialami negara seperti Vanuatu dan Fiji. Mereka saat ini disebut mengalami ancaman dibanjiri air laut dan badai besar.

"Meskipun Pasifik diproyeksikan secara umum menghadapi lebih sedikit topan di bawah pemanasan di masa depan, mereka cenderung menjadi lebih intens," katanya.

"Ini, ditambah dengan kenaikan permukaan laut, akan memperburuk peristiwa gelombang badai mematikan di negara-negara seperti Fiji dan Vanuatu."

Tak hanya itu, kenaikan suhu dunia yang menaikkan ketinggian air laut juga disebut akan mengancam cadangan air bersih negara-negara seperti Mikronesia.

"Misalnya, penurunan 20% dalam ketersediaan air tanah diproyeksikan pada tahun 2050 di pulau atol karang Negara Federasi Mikronesia (FSM). Di bawah skenario kenaikan permukaan laut yang tinggi, ketersediaan air tanah segar di FSM dapat menurun lebih dari setengahnya karena intrusi air laut dan peristiwa kekeringan," tambanya.

Halaman 2>>>


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Menkes Dipanggil Presiden, Lapor Soal Covid-19 & Cek Kesehatan

Pages