
76 Tahun Merdeka, RI Masih Terbelenggu Impor Pangan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Besok, Republik Indonesia (RI) bakal merayakan ulang tahun ke-76. Meski sudah lebih dari 3/4 abad, nyatanya Indonesia masih kesulitan untuk lepas dari belenggu impor pangan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sejak Januari-Juni 2021 atau sepanjang semester I-2021, Indonesia telah melakukan impor pangan hingga US$ 6,13 miliar atau setara dengan Rp 88,21 triliun.
Komoditas pangan yang diimpor oleh Indonesia terdiri dari berbagai jenis daging, susu, kopi, teh, hingga bahan pangan seperti cabai, bawang putih, lada, kedelai.
Selain itu, ada juga jagung, gandum, tepung gandum, minyak goreng, mentega, kentang, kelapa, kelapa sawit, hingga berbagai jenis rempah-rempah juga diimpor oleh Indonesia, seperti cengkeh, kakao, tembakau, dan ubi kayu.
Berikut beberapa komoditas pangan yang sering diimpor:
Gula
Impor gula terus meningkat dari tahun ke tahun. Paling tidak sampai tahun ini harus mengimpor 3,2 juta ton untuk importasi gula untuk kebutuhan bahan baku industri makan dan minuman.
"Belum kedelai, susu, kita ini sekarang 80% bahan baku susu impor, sementara investasi di sektor susu ini besar bahkan diminati investor asing," kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia Adhi Lukman beberapa waktu lalu.
Menurut Adhi, pada semester I-2021 investasi industri makanan dan minuman meningkat 84%, dan ini menunjukkan kebutuhan bahan baku semakin besar dan meningkat. Jika pemenuhan bahan baku di hulu tidak sinkron dengan kebutuhan, maka Indonesia akan semakin tergantung dengan impor.
Gandum
Impor gandum yang tinggi karena masyarakat Indonesia doyan makan mi instan. Hal itu terungkap dalam rapat antara Badan Legislasi DPR dengan Badan Pusat Statistik (BPS), Selasa (16/3/2021).
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pemerintah harus melakukan diversifikasi pangan dengan cara meningkatkan produksi yang menjadi bahan baku mie instan. Tujuannya, tentu menurunkan impor tersebut.
"Bahwa diversifikasi kita itu mungkin dalam tanda petik itu perlu diluruskan, karena ketergantungan kita pada gandum terutama pada mi instan sangat tinggi," ucapnya dalam rapat dengan Badan Legislasi (Baleg) DPR RI, Selasa (16/3/2021).
Impor gandum di 2020 mencapai 10,2 juta ton dengan nilai US$ 2,6 miliar. Sementara untuk tahun ini hingga Februari 2021 impor gandum mencapai 1,6 juta ton senilai US$ 463 juta.
Bawang Putih
Impor bawang putih sepanjang Januari-Juni 2021 nilai mencapai US$ 196,21 juta dengan volume impor sebanyak 181.106,24 ton. Indonesia masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan bawang putih setiap tahunnya yang mencapai lebih dari setengah juta ton.
Kementerian Pertanian di awal tahun mencatat kebutuhan komoditas ini mencapai 591 ribu ton. Namun, sebanyak 59 ribu ton dipenuhi produksi dalam negeri, sehingga kebutuhan impor mencapai 532 ribu ton untuk 2021.
"Jadi total kita membutuhkan setahun 532 ribu ton. Tahun lalu sekitar 560 ribu ton. Sekarang kita turun, karena sebagian sudah bisa diproduksi dalam negeri," jelas Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IV DPR RI, Selasa (19/1/2021).
Garam
Sepanjang Januari-Juni 2021, kebutuhan garam yang berhasil diimpor nilainya mencapai US$ 44,19 juta dengan volume sebanyak 1,26 juta ton. Indonesia langganan impor garam dari beberapa negara. Namun yang paling sering adalah Australia, China, dan India.
Pada 2010 tercatat volume impor garam dari Australia mencapai 1,6 juta ton atau setara dengan US$ 85,27 juta. Impor garam yang berasal dari Negeri Kanguru ini setiap tahun selalu mengalami kenaikan.
Puncaknya, terjadi pada 2018 dimana impor garam dari Australia mencapai 2,6 juta ton, setara dengan US$ 82,39 juta atau lebih tinggi dibandingkan realisasi impor garam pada 2017 yang mencapai 2,29 juta ton atau setara dengan US$ 76,1 juta.
Adapun sepanjang 2020, realisasi impor garam dari Australia mencapai 2,22 juta ton, setara dengan US$ 80,97 juta atau naik 18,72% dibandingkan dengan realisasi impor pada 2019 yang mencapai 1,87 juta ton atau setara dengan US$ 72,87 juta.
Selain Australia, Indonesia juga banyak mengimpor garam dari Tiongkok atau China. Impor garam dari Negeri Tirai Bambu ini juga selalu mengalami fluktuatif setiap tahunnya.
Pada 2010 impor garam dari China mencapai 20,16 ribu ton. Sepanjang 2011-2014 volume impor garam Indonesia mengalami naik turun. Namun volume impor kembali melonjak pada 2015 dengan realisasi sebesar 37,4 ribu ton.
Sampai dengan 2019, impor garam dari China terus menyusut hingga 568 ton. Setahun kemudian, impor garam dari China kembali meningkat menjadi 1,32 ribu ton atau senilai US$ 132,87 ribu pada 2020.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sudah 76 Tahun Merdeka, Indonesia Tetap Doyan Impor Pangan!