Sejumlah Fakta Terkait Tracer, Orang 'Penting' Selama Pandemi

yun, CNBC Indonesia
13 August 2021 18:50
Warga melakukan tes antigen/pcr di Altomed, Kelapa Gading, Jakarta, Senin (9/8/2021). Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi sekaligus Koordinator PPKM Jawa-Bali, Luhut Binsar Pandjaitan mengklaim pemerintah terus meningkatkan testing dan tracing atau pemeriksaan dan pelacakan kasus Covid-19.  Pemerintah bersama TNI, Polri dan lembaga lainnya akan terus berkoordinasi, memantau serta mengejar target tracing sebagai bentuk mitigasi terhadap penyebaran kasus Covid-19 di area Jawa dan Bali. Diketahui 9 Agustus 2021 merupakan hari terakhir PPKM level 4 setelah sebelumnya diperpanjang sejak 3 Agustus pekan lalu. Per 8 Agustus 2021, Kementerian Kesehatan melaporkan total jumlah pasien positif corona adalah 3.666.031 orang. Bertambah 26.415 orang dari hari sebelumnya, penambahan kasus positif terendah sejak 2 Agustus 2021. Sepanjang 3-8 Agustus 2021, jangka waktu perpanjangan PPKM Level 4, rata-rata pasien positif bertambah 33.872 orang per hari. Turun dibandingkan rata-rata enam hari sebelumnya yaitu 37.144 orang setiap harinya. Pantauan CNBC Indonesia di hari terakhir jalanan ibukota di kawasan Jalan Gatot Subroto sudah ramai. Pengendara roda dua maupun roda empat memadati kawasan tersebut. Mobilitas warga dalam lingkup pemukiman juga berjalan normal penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 ini. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Aktivitas Warga (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi pandemi saat ini diibaratkan bagai perang yang bedanya adalah melawan musuh yang tak kasat mata yaitu virus covid-19. Banyak hal yang dilakukan sebagai strategi melawan 'musuh' ini, diantaranya adalah melakukan pemantauan yang dibantu oleh tracer alias petugas pemantauan di lapangan.

Anggota Sub Bidang Tracing Bidang Penanganan Kesehatan STPC 19, Dr. Ajeng Tias Endarti mengatakan, saat melakukan tracing, ada 3 hal penting yang harus dilakukan.

"Pertama identifikasi kontak erat, siapa yang menjadi kontak erat (dengan orang yang positif)," katanya dalam diskusi virtual "Penyuluhan Protokol Kesehatan Kepada Pemuda Lintas Komunitas Bengkulu", Jumat (13/8/2021).

Kedua adalah pengelolaan setelah identifikasi dengan melakukan karantina. Karantina hanya berlaku bagi orang yang berkontak erat namun belum bergejala. Namun, jika kontak erat menunjukkan gejala maka harus dilakukan isolasi mandiri.

"Ini akan berhasil mencapai tujuan jika sesuai dengan yang seharusnya. Stay di rumah tidak ke mana-mana," katanya lagi.

Ketiga adalah pemantauan, yang mana poin ketiga ini kerap kali terlewatkan. Pasalnya, pemantauan ini melibatkan banyak suber daya alias tidak bisa sendiri agar tracing bisa berjalan dengan baik.

Saat ini, jumlah Tracer yang tersebar di 11 provinsi dan berada di 66 kabupaten/kota mencapai 2.400 orang. Tracer ini ditugaskan dan melekat di Puskesmas di bawah naungan Satgas covid-19. Namun, jumlah tracer yang ada menurut dia sebenarnya lebih banyak karena ada juga yang merupakan bantuan dari Babinsa dan Bhabinkamtibmas.

"Kami sekarang bisa sampaikan tracer yang ada di 11 provinsi 2.400 orang. Di luar itu masih banyak lainnya, yang bisa melaporkan melalui aplikasi si lancak dan berinduk dari puskesmas," katanya lagi.

Dia menambahkan, sesuai arahan Kepala Satgas, dilakukan penguatan tracer ini melalui posko di desa/kelurahan. Lagi-lagi tak bisa sendiri, tracer ini bisa melibatkan masyarakat untuk menjadi bagian dari tim tracer.

"Pekerjaan tracer itu selain tak hanya identifikasi, tapi juga mengelola sampai selesai menjalankan karantina," katanya.

Adapun peran masyarakat dalam tim tracer ini antara lain melakukan penerapan protokol kesehatan. Kemudian melaporkan jika ada masyarakat yang positif covid-19.

"Terakhir menerima tim tracer untuk melakukan identifikasi kontak erat, karantina, pemantauan," tuturnya.

Sebelumnya, Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan COVID-19 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sonny Harry Harmadi mengungkapkan kendala tracing di lapangan. Tak heran, ada kemampuan khusus yang harus dimiliki oleh para tracer ini.

Pertama, petugas tracer juga harus mematuhi protokol kesehatan dengan menggunakan APD lengkap. Kedua, setiap pasien terkonfirmasi positif ada beban psikologis. Sehingga seringkali saat ditanya siapa saja yang kontak erat dalam radius 1 meter, tidak bisa menjawab pertanyaan tracer dengan baik.

"Kendala yang ketiga adalah ketika sudah mendapatkan data dari orang yang kontak erat dengan kasus positif, ternyata tidak semudah itu dilakukan tes. Banyak diantara orang tersebut yang menghindar saat dilakukan tes. Sehingga gagal melakukan tes," pungkasnya.


(yun/yun)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PPKM Dicabut, Jokowi: Pandemi Belum Berakhir!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular