Kasus Aktif Covid-19 DKI Turun Tajam, Kok Masih PPKM Level 4?

News - yun, CNBC Indonesia
13 August 2021 13:25
Polda Metro Jaya kembali memberlakukan aturan ganjil genap dikawasan Jl. Sudirman, Jakarta, Kamis (12/8/2021). Kebijakan ini berlaku hingga 16 Agustus 2021 mendatang atau berbarengan dengan masa PPKM level 4 di ibu kota. (CNBC Indonesia/Tri Susilo) Foto: Polda Metro Jaya kembali memberlakukan aturan ganjil genap dikawasan Jl. Sudirman, Jakarta, Kamis (12/8/2021). Kebijakan ini berlaku hingga 16 Agustus 2021 mendatang atau berbarengan dengan masa PPKM level 4 di ibu kota. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - DKI Jakarta menjadi salah provinsi yang masih berlaku PPKM level 4 padahal jumlah kasus di Ibu Kota Negara itu mulai menunjukkan penurunan.

Bahkan, Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan COVID-19 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sonny Harry Harmadi mengatakan, Bed Occupancy Ratio (BOR) RS di Jakarta sudah turun di bawah 40%.

"Pertimbangan utama dalam menilai apakah daerah masuk PPKM level 1,2,3 adalah pertama laju penularan kasus, kedua respon layanan kesehatan merespon kasus yang ada dan ketiga kondisi ekonomi," ujarnya kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Jumat (13/8/2021).

Tak hanya angka kasus dan BOR yang turun, positivity rate di Jakarta menurutnya juga menurun. Sayangnya, masih ada tantangan yaitu terkait dengan angka kematian di Jakarta yang masih bertambah.

Selain itu, kemampuan tracing di Jakarta juga belum sesuai dengan target, di mana dalam 1 orang yang terkonfirmasi positif, seharusnya dilakukan pelacakan untuk 15 orang yang kontak langsung.

"Di Jakarta baru 2-3 orang. Padahal targetnya 15 orang, Satgas terus mendorong. Tapi kemampuan testing sangat baik," ujarnya.

Adapun kendala tracing ini adalah bagaimana petugas di lapangan. Dia mengatakan ada kemampuan khusus yang harus dimiliki oleh para tracer ini. Selain itu, petugas tracer juga harus mematuhi protokol kesehatan dengan menggunakan APD lengkap.

"Kendala kedua, setiap pasien terkonfirmasi positif ada beban psikologis. Ketika ditanya siapa saja yang kontak erat dalam radius 1 meter kadang tidak bisa menjawab dengan baik," ujarnya lagi.

Adapun kendala yang ketiga adalah ketika sudah mendapatkan data dari orang yang kontak erat dengan kasus positif, ternyata tidak semudah itu dilakukan tes. Dia mengaku, banyak diantara orang tersebut yang menghindar saat dilakukan tes. "Sehingga gagal melakukan tes," pungkasnya.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Satgas Buka-bukaan Soal Road Map Hidup Bersama Covid-19


(yun/yun)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading