PCR Harga Selangit, Penyebab Tes Covid di RI Rendah & Lambat

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
13 August 2021 12:40
Antrean calon penumpang pesawat yang melakukan test rapid  di Shelter Kalayang Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta, Senin (21/12/2020). Antren panjang ini terjadi karena banyak penumpang yang ingin melakukan rapid test antigen yang disediakan pihak bandara. Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta sempat ramai tadi pagi. Antrean mengular karena antrean rapid test penumpang. Pantauan CNBC pukul 11.30 terlihat antrian namun sudah kondusif. Sejumlah calon penumpang yang menunggu di luar area ruang test bisa duduk. Jelang liburan Natal dan akhir tahun, pemerintah menerapkan syarat minimal berupa hasil tes rapid antigen bagi traveler yang mau bepergian naik kereta api, pesawat terbang hingga kendaraan pribadi. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Antrean calon penumpang pesawat yang akan melakukan Rapid Test Antigen dan PCR di Shelter Kalayang Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta, Senin (21/12/2020). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu persoalan rendahnya tes dari corona adalah harga alat yang sangat mahal. Tes polymerase chain reaction (PCR) di Indonesia kini dihargai sebesar Rp 900 ribu, sementara di India 500 rupee atau Rp 96 ribu.

"Masalah rendahnya kapasitas testing itu dari sisi pertama adalah akses. Askes itu ketersediaan lokasi testing dan akses itu ya bisa terjangkau gak harganya. Kalau segitu (Rp 900 ribu) ya susah banget," ungkap Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman kepada CNBC Indonesia, Jumat (13/8/2021)

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah tes di Indonesia setiap harinya masih di bawah 200 ribu tes per hari. Target pemerintah adalah 400 ribu per hari. Sementara Amerika Serikat (AS) bahkan India bisa mencapai 1 juta per hari.

"Negara yang berhasil itu gratis testingnya. Adanya tempat swasta yang selenggarakan testing itu ya untuk bepergian," jelasnya.

Dicky menyadari ada keterbatasan anggaran di pemerintah. Namun seharusnya tetap diupayakan agar setidaknya klaster covid dengan jumlah tertentu digratiskan dalam tes PCR. Bila tidak masyarakat akan enggan mengikuti tes PCR padahal sudah mengalami gejala covid.

"Kalau bicara harganya kan ada komponen biaya di situ. Ada jasa dan macam-macam. Ini yang harus oleh pemerintah dikelola dan supaya tujuannya kan peningkatan kualitas testing. Kalau negara lain bisa kenapa kita tidak," paparnya.

Pemerintah juga bisa mengoptimalkan tes antigen dengan menurunkan biayanya. Seperti India menetapkan harga tes antigen cepat berada di angka 300 rupee atau sekitar Rp 58 ribu.

"Kalau PCR susah turunnya kan ada antigen. Akurasinya bagus dan lebih murah ini yang bisa diupayakan," pungkasnya.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menkes Jawab Polemik Soal Perbedaan Hasil Tes Usap PCR

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular