Internasional

Kapal Selam China Kuntit Kapal Inggris di Laut China Selatan

Tommy Sorongan, CNBC Indonesia
09 August 2021 14:25
Kapal perang Queen Elizabeth. (Foto: Russell Cheyne/Reuters)
Foto: Kapal perang Queen Elizabeth. (Foto: Russell Cheyne/Reuters)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan di Laut China Selatan (LCS) meningkat kembali. Kali ini dua buah kapal selam tenaga nuklir milik China dikabarkan menguntit kapal induk Inggris yang sedang berlayar di perairan sengketa itu.

Mengutip media Inggris Express, pelayaran kapal selam berkelas Shang yang berbobot 7 ribu ton itu terlacak oleh operator sonar anti-kapal selam di atas fregat yang melindungi Kelompok Tempur Kapal Induk (CSG) HMS Queen Elizabeth saat rombongan kapal milik London itu meninggalkan LCS menuju Samudera Pasifik.

"China mengembangkan kapal selamnya dengan cepat, dan kita tidak boleh meremehkan mereka, tetapi mereka tidak memiliki pengalaman tempur yang dikembangkan oleh skuadron kapal selam AS dan Inggris sebagai hasil dari operasi Perang Dingin di ruang gelap Atlantik yang dalam," kata sumber angkatan laut Inggris pada Minggu (8/8/2021) malam.

Lebih lanjut, Inggris menyebut bahwa manuver dua kapal selam itu telah meningkatkan ketegangan dan juga berlawanan dengan kaidah hukum internasional.

"Beijing menggunakan teknologi untuk menemukan posisi kami, tetapi mengerahkan kapal selam untuk memperkuat niat mereka yang lebih luas untuk bergerak menuju status kekuatan super dan mendominasi perdagangan dan keamanan di seluruh Pasifik bertentangan dengan hukum internasional."

China sendiri saat ini memiliki 66 kapal selam militer, lebih banyak daripada yang dimiliki Amerika Serikat (AS) maupun Inggris. Kapal selam ini diduga digunakan untuk memperluas klaim China di perairan LCS dan juga Laut China Timur (LCS).

Langkah ekspansi teritorial China ini membuat beberapa negara di dunia mulai khawatir. Selain Inggris, Jerman dan India juga mengirimkan kapal perangnya ke dua perairan itu untuk bergabung dengan AS dalam misi kebebasan navigasi.

LCS merupakan jalur penting untuk sebagian besar pengiriman komersial dunia dengan beberapa negara terletak di bibir lautan itu seperti Brunei, Kamboja, China, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Lautan itu diyakini sebagai lautan yang kaya hasil alam, terutama migas dan ikan.

China bersikukuh mengklaim sekitar 90% dari lautan itu dalam apa yang disebut sebagai "sembilan garis putus-putus" dimana mencakup area seluas sekitar 3,5 juta kilometer persegi (1,4 juta mil persegi). Klaim tersebut telah menimbulkan ketegangan politik dunia akan perang terbuka yang mungkin saja terjadi karena konflik teritorial ini.


(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hubungan China & Tetangga RI Kian Panas di LCS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular