Internasional

Abaikan WHO, Negara-negara Ini Nekad Suntik Booster Vaksin

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Jumat, 06/08/2021 07:50 WIB
Foto: Logo World Health Organization (WHO) (AP Photo/Anja Niedringhaus)

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski sudah mendapatkan peringatan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), beberapa negara di dunia dilaporkan akan tetap melaksanakan vaksinasi dosis booster kepada para warganya.

Mengutip Channel News Asia (CNA) dan Reuters, salah satu negara yang nekad melanjutkan vaksin booster adalah Prancis, Jerman, Israel hingga Amerika Serikat (AS). Mereka beralasan ini akan memberikan proteksi bagi para penduduknya.


Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan Prancis sedang berupaya meluncurkan dosis ketiga untuk orang tua dan rentan mulai September. Jerman juga menegaskan akan memberikan booster kepada pasien immunocompromised, yang sangat tua dan penghuni panti jompo mulai bulan yang sama.

Warga tua juga didesak Perdana Menteri Israel Naftali Bennett untuk segera melakukan suntikan. Sementara itu, guna memerangi varian Delta, AS berencana memberikan suntikan booster ke warga yang sistem kekebalan tubuhnya terganggu.

Sebelumnya Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus Menyebut bahwa vaksin booster yang saat ini lebih banyak diterapkan negara kaya akan menciptakan defisit vaksin di negara-negara berpenghasilan rendah.

"Kami membutuhkan pembalikan mendesak dari sebagian besar vaksin masuk ke negara-negara berpenghasilan tinggi, ke sebagian besar ke negara-negara berpenghasilan rendah," kata pria asal Ethiopia itu dalam sebuah konferensi pers.

Ia menyebutkan juga bahwa ketimpangan vaksin masih terjadi di seluruh dunia, terutama dengan apa yang dialami benua Afrika yang sejauh ini baru memvaksin 1,5% penduduknya.

Hal sama juga diutarakan pejabat WHO lain, Dr. Bruce Aylward. Ia menyebut menghentikan booster sementara akan membantu WHO dalam mencapai target 40% populasi dunia tervaksinasi dari Covid-19 pada Desember mendatang.

"Gambaran besarnya di sini adalah sebagai kebijakan untuk tidak bergerak maju dengan booster sampai kita mendapatkan seluruh dunia pada titik di mana populasi yang lebih tua, orang dengan penyakit penyerta, orang yang bekerja di garis depan, semuanya dilindungi sejauh mungkin. dengan vaksin," kata Aylward pada sebuahbriefing.

Para ahli berpendapat bahwa vaksinasi semua populasi dunia sangat penting untuk mengakhiri pandemi virus corona. Bila tidak, virus akan mencoba bermutasi kembali dan dapat menghasilkan varian yang lebih ganas seperti Varian Delta yang saat ini muncul.

"Seluruh dunia berada di tengah-tengah ini dan seperti yang telah kita lihat dengan munculnya varian demi varian, kita tidak bisa keluar darinya kecuali seluruh dunia keluar darinya bersama-sama, dan dengan perbedaan besar dalam cakupan vaksinasi, kita 'tidak akan bisa mencapai itu, " sebut Aylward.

Aylward juga menambahkan bahwa ini bisa saja diperpanjang hingga melewati September bila masih ada negara-negara di dunia yang defisit vaksin.

"Saat ini, jika Anda melihat bagaimana vaksin digunakan secara global, tingkat penyerapan oleh negara-negara berpenghasilan tinggi, negara-negara berpenghasilan menengah ke atas, menyerap terlalu banyak pasokan global untuk negara-negara berpenghasilan rendah," kata Aylward.

Indonesia sendiri diketahui juga telah merencanakan vaksin booster. Pemerintah RI akan menggunakan vaksin mRNA seperti Moderna yang diterima dari bantuan Amerika Serikat.




(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Raksasa Eropa 'Serang' Israel hingga Harga Emas Ambruk