
Harga Minyak Melonjak, Laba Pertamina Internasional Naik 15x!

Jakarta, CNBC Indonesia - Lonjakan harga minyak mentah dunia memang menjadi berkah bagi industri perminyakan di tengah masih lemahnya permintaan minyak dunia akibat pandemi Covid-19 yang belum ada tanda-tanda akan berakhir.
Harga minyak pun kini masih bertahan di atas US$ 70 per barel, naik dari awal tahun masih di kisaran US$ 50 per barel.
Salah satu perusahaan minyak yang mengalami dampak positif dari kenaikan harga minyak ini yaitu PT Pertamina Internasional EP (PIEP), unit bisnis PT Pertamina (Persero) yang mengelola lapangan minyak dan gas bumi di luar negeri.
Direktur Utama PIEP John Anis mengatakan, laba bersih perusahaan pada semester I 2021 mengalami kenaikan 15x dibandingkan target yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2021.
"Net profit kami melejit. Naik sekitar 15 kali lipat dibandingkan RKAP 2021," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (30/07/2021).
Dia mengatakan, lonjakan laba bersih perusahaan ini dikarenakan beberapa faktor, antara lain efisiensi biaya, kenaikan harga minyak, dan produksi minyak di atas target.
"Ini karena beberapa hal seperti efisien biaya seperti yang saya terapkan di Mahakam dulu, lalu harga minyak cukup bagus, dan produksi cukup bagus," tuturnya.
Begitu pun dari sisi keselamatan kerja, menurutnya tidak ada kecelakaan kerja sampai semester I 2021 ini.
"HSSE (health, safety, security, and environment) alhamdulillah bagus, tidak ada kecelakaan kerja. Insya Allah aman terus," ujarnya.
Dari sisi produksi minyak, dia mengatakan, PIEP mencatatkan produksi minyak sebesar 97.300 barel per hari (bph) pada semester I 2021. Realisasi produksi pada semester I 2021 ini mencapai 3% di atas target yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2021 sebesar 94.700 bph.
Namun sayangnya, dia enggan menyebutkan jumlah pasti dari laba perusahaan pada semester I 2021 ini.
Sebelumnya, dia sempat menuturkan target produksi gabungan minyak dan gas PIEP pada 2021 ini turun tipis menjadi 154,1 ribu barel setara minyak per hari (BOEPD) dari 155,2 ribu BOEPD pada 2020.
Dia mengatakan, turunnya produksi migas dari lapangan di luar negeri tahun ini karena adanya pemotongan produksi yang ditetapkan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/ OPEC).
"Target PIEP tahun ini tidak beda jauh dengan tahun lalu karena masih memperhitungkan curtailment (pemotongan) OPEC," tuturnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (18/02/2021).
Dia mengatakan, pemotongan produksi ini dilakukan di hampir semua wilayah kerja operasi Pertamina di luar negeri, termasuk di Gabon dan Angola.
Pertamina memiliki 13 wilayah operasi di 13 negara di luar negeri, antara lain di Aljazair, Malaysia, Irak, Kanada, Kolombia, Myanmar, Prancis, Gabon, Italia, Namibia, Nigeria, Angola, dan Tanzania.
Di Aljazair, Pertamina mengelola blok 405a yang terdiri dari Lapangan MLN, EMK, dan OHD.
Sementara di Malaysia, Pertamina mengelola enam blok dan dua lapangan unitisasi. Dan di Irak perseroan mengelola Lapangan West Qurna 1 yang diperkirakan memiliki cadangan yang dapat dipulihkan sekitar 22 miliar barel minyak.
Pada 2017 lalu Pertamina mengakuisisi perusahaan migas berbasis di Prancis, Maurel et Prom (M&P) sebesar 72,65%. Aset dari akuisisi Maurel et Prom itu antara lain ada di Prancis, Kolombia, Gabon, Italia, Myanmar, Namibia, Nigeria, dan Tanzania.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pertamina Bawa 48 Juta Barel Minyak dari Lapangan Luar Negeri