Internasional

China Dilaporkan Bangun 'Ladang' Silo Rudal Balistik Baru

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Rabu, 28/07/2021 16:33 WIB
Foto: Kendaraan Militer pada Parade Militer Peringatan Hari Kemerdekaan ke-70 RRC (REUTERS/Jason Lee)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Amerika Serikat (AS) khawatir dengan perkembangan senjata China. Dari hasil pengamatan terbaru negeri itu, Federasi Ilmuwan Amerika (AFS) menyebut bahwa China sedang membangun ladang silo rudal balistik baru di dekat Hami di bagian timur wilayah Xinjiang.

Laporan ini sendiri diketahui muncul setelah beberapa pekan lalu pengamat menemukan citra satelit yang menunjukkan pembangunan 120 silo ledak nuklir China di wilayah Yunnan. Pejabat Kementerian Pertahanan AS atau yang dikenal dengan Pentagon menyebut bahwa perkembangan nuklir China ini merupakan ancaman global yang sangat membahayakan.


"Ini adalah kedua kalinya dalam dua bulan publik mengetahui apa yang telah kami katakan selama ini tentang meningkatnya ancaman yang dihadapi dunia dan tabir kerahasiaan yang mengelilinginya," kata Komando Strategis AS dalam cuitan di akun Twitternya yang ditautkan ke New York Times.

Tak hanya dari pemerintah, dari kubu DPR AS juga mengutarakan kekhawatiran ini.Anggota Kongres dari Partai Republik Mike Turner mengatakan bahwa perkembangan nuklir itu diprediksi sebagai potensi serangan ke AS.

"Pembangunan nuklir China belum pernah terjadi sebelumnya dan itu adalah alat untuk menyebarkan senjata nuklir demi mengancam AS dan sekutu kami," ujarnya.

Sebelumnya pada awal bulan lalu pihak Gedung Putih sendiri telah bersuara terkait pengembangan nuklir Beijing ini. Juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price menganggap bahwa perkembangan itu sangat mengkhawatirkan.

"Laporan-laporan ini dan perkembangan lainnya menunjukkan bahwa persenjataan nuklir RRC akan tumbuh lebih cepat, dan ke tingkat yang lebih tinggi daripada yang mungkin diantisipasi sebelumnya," kata Price menggunakan akronim untuk Republik Rakyat China.

"Penumpukan ini mengkhawatirkan. Ini menimbulkan pertanyaan tentang niat RRC. Dan bagi kami, ini memperkuat pentingnya mengejar langkah-langkah praktis untuk mengurangi risikonuklir," katanya.

Washington diketahui telah berulang kali meminta China untuk bergabung dengannya dan Rusia dalam perjanjian kontrol senjata baru. Namun pada bulan Mei lalu dilaporkan bahwa Beijing menolak usulan ini.

Negeri Tirai Bambu berdalih bahwa kemampuan persenjataannya telah dikerdilkan oleh AS dan Rusia. Meski begitu pihak China mengaku tetap siap untuk melakukan dialog bilateral "berdasarkan kesetaraan dan rasa saling menghormati".


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Militer AS Bocorkan Rencana China Serbu Taiwan