
RI Mau Cepat Kurangi Emisi Karbon? 3 Hal Ini Kuncinya

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk menekan emisi karbon guna mencapai target nol emisi karbon pada 2060 mendatang.
Hendra Soetjipto Tan, CEO Star Energy Geothermal Group, turut angkat suara terkait upaya penurunan emisi karbon ini. Dia mengatakan, emisi karbon berasal dari berbagai sumber.
Di negara berkembang seperti RI, emisi karbon berasal dari pembangkit listrik berkontribusi sebesar 30%-40%, dari industri sekitar 30%, dan transportasi sekitar 20%-25%, baik dari transportasi darat dan laut.
"Pertama kita harus tahu dulu dari mana green economy, bagaimana mengurangi karbon emisi. Pertama, harus tahu dari mana karbon emisi dihasilkan," paparnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Senin (19/07/2021).
Di bidang kelistrikan, pemerintah mendorong konversi pembangkit berbasis energi fosil ke pembangkit bersumber energi baru terbarukan (EBT). Menurutnya, langkah ini sudah tepat.
"Saya rasa niat pemerintah Indonesia secara bertahap gantikan fossil fuel power plant dengan EBT di 2060 itu merupakan langkah yang tepat, jalur yang tepat," lanjutnya.
Selanjutnya di bidang transportasi, menurutnya pemanfaatan kendaraan listrik adalah langkah yang tepat dalam menekan emisi. Implementasinya akan lebih mudah pada transportasi darat.
"Di bidang transportasi, yang paling mudah adalah tentu transportasi darat ya, yakni dengan beralih ke kendaraan listrik," ungkapnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, tekad Indonesia untuk menjadi pemain baterai dunia sudah berada di jalur yang tepat.
"Tekad pemerintah Indonesia jadikan Indonesia salah satu pusat industri baterai kendaraan listrik sudah di jalur yang tepat," ucapnya.
Pemerintah terus mendorong pemanfaatan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB). Penggunaan kendaraan berbasis energi fosil ini akan ditekan demi mengurangi konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang mayoritas masih dipasok melalui impor.
Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril mengatakan, minat orang Indonesia membeli kendaraan listrik ada di atas rata-rata warga Asia Tenggara.
Secara rata-rata, keinginan membeli kendaraan listrik di Asia Tenggara sebesar 37%, sementara Indonesia mencapai 41%.
Di antara negara-negara ASEAN, imbuhnya, Indonesia menjadi peringkat ketiga di bawah Filipina 46% dan Thailand 44%, namun mengungguli Malaysia dengan persentase 37% dan Vietnam 33%, dalam hal minat membeli kendaraan listrik.
"Keinginan masyarakat untuk membeli kendaraan listrik atau EV di Indonesia di atas rata-rata keinginan negara ASEAN," papar Bob dalam diskusi daring, Senin (12/07/2021).
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Star Energy Beberkan Cara Turunkan Biaya Panas Bumi
