Soal Vaksin, Amerika Jagonya! Makanya Orang Kaya RI ke Sana

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 July 2021 11:30
Joe Biden Disuntik Vaksin Corona di RS Delaware
Presiden AS Joe Biden disuntik vaksin COVID-19 Pfizer di Rumah Sakit Christiana di Newark, Delaware. (AP/Carolyn Kaster)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/covid-19) melahirkan banyak fenomena baru. Bekerja di rumah, belajar di rumah, beribadah di rumah, perburuan terhadap obat dan tabung oksigen, dan sebagainya.

Fenomena terbaru akibat virus corona adalah masyarakat berlomba-lomba untuk mendapat vaksinasi. Bagi mereka yang mampu, vaksin diburu hingga ke Negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS).

Salah satu agen perjalanan yang membuka paket itu adalah ATS Vacation dari Jakarta. Perusahaan itu menawarkan paket wisata tujuan sejumlah kota di AS dan juga vaksinasi.

Terdapat dua paket perjalanan yang menuju Los Angeles. Namun menurut Marketing Executive ATC Vacation, Josephine Nathania Lienardi juga ada tujuan ke New York dan mendapatkan akses vaksinasi.

Dia menambahkan jika vaksin yang didapatkan adalah gratis dari pemerintah AS. Jadi biro perjalanan tidak memungut biaya pemesanan vaksin.

"Perlu di-noted bahwa vaksin ini sendiri gratis dari pemerintah AS, jadi membantu reservasi vaksin secara gratis. Harga paket tersebut untuk tiket pulang-pergi, hotel, dan juga kendaraan dari-menuju airport dan juga pengantaran ke sentra vaksin," jelasnya kepada CNBC Indonesia.

AS memberikan akses suntikan vaksin Pfizer, Moderna, juga Johnson and Johnson kepada warga asing yang sedang berkunjung ke sana yang menggunakan visa turis. Pelaku usaha biro perjalanan Indonesia akhirnya juga memanfaatkan momen ini untuk memberikan paket tur vaksin ke Amerika, yang direspons baik oleh kalangan atas di Indonesia.

"Saat ini dibilang ramai juga nggak karena harganya kan tinggi. Tapi sekarang mulai banyak perjalanan ke Amerika karena memang ada keperluan di Amerika, seperti wisuda sekarang lagi musimnya kan. Lalu mengunjungi sanak saudara," kata Ketua Umum DPP Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno, kepada CNBC Indonesia.

Pauline menjelaskan layanan ini dibanderol mulai dari Rp 14-30 juta, tergantung dari lama perjalanan dan jenis vaksin yang digunakan. Misalnya untuk vaksin Johnson & Johnson yang sekali dosis penyuntikan, lama menetap di AS hanya 5-6 hari sehingga bisa lebih murah. Sementara untuk jenis vaksin lainnya yang butuh dosis dua kali suntik dibanderol harga lebih mahal karena membutuhkan waktu menetap lebih lama di AS.

Pauline menjelaskan jika dilihat trennya, saat ini banyak masyarakat melakukan perjalanan ke AS karena waktunya wisuda di perguruan tinggi di sana. Pengurusan visa berkunjung ke Amerika Serikat masih bisa dilakukan. Sehingga yang spesifik membeli paket ini tidak terlalu banyak jika dibandingkan pembelian tiket pesawat lepasan.

"Saat ini banyak yang hanya beli tiket lepasan. Karena memang musim wisuda. Yang beli paket hanya paling 30% dari pembelian tiket ke Amerika. Lagian saat ketibaan akses vaksin juga bisa diurus dengan menggunakan visa turis," katanya.

Halaman Selanjutnya --> Vaksin Covid-19 di AS Juga Gratis

Di Indonesia, vaksinasi Covid-19 dijalankan sepenuhnya oleh pemerintah. Dunia usaha memang ikut berperan melalui Vaksin Gotong Royong, tetapi tetap berkoordinasi dengan pemerintah.

Namun di AS, pemerintahan Presiden Joseph 'Joe' Biden mengizinkan fasilitas kesehatan (baik swasta maupun milik negara) bisa menjadi penyedia vaksin. Mengutip panduan yang dikeluarkan US Centers of Disease Contol and Prevention (CDC), fasilitas kesehatan yang ingin menjadi penyedia vaksin bisa mendaftar ke pemerintah dalam skema Covid-19 Vaccination Program Provider Agreement.

Seperti halnya di Indonesia, vaksin Covid-19 di Negeri Adidaya pun gratis, 100% ditanggung negara. Penyedia vaksin tidak boleh mengutip biaya dalam bentuk apapun terhadap vaksin.

"Pihak penyedia vaksinasi Covid-19 tidak bisa membebankan biaya terhadap vaksin. Layanan kesehatan lainnya yang diberikan pada saat yang bersamaan bisa dikenakan biaya yang layak," sebut panduan CDC.

Sebenarnya CDC menganjurkan fasilitas kesehatan untuk mengutamakan pemberian vaksin kepada pasien yang terdaftar di tempat mereka. Namun, CDC juga mendorong agar fasilitas kesehatan untuk menyediakan vaksin kepada komunitas lokal, termasuk keluarganya.

CDC juga tidak melarang fasilitas kesehatan di AS untuk memberikan vaksin kepada warga negara asing. "Yurisdiksi tidak memasukkan kewarganegaraan AS sebagai syarat untuk vaksinasi," sebut panduan CDC.

Pemerintah AS pun terbuka bagi warga negara asing yang ingin mendapatkan vaksin. Bill De Blasio, Wali Kota New York, ingin semua orang aman, tidak memandang kewarganegaraan.

"Kami menyediakan fasilitas vaksinasi yang bergerak untuk mengakomodasi turis. Ini adalah upaya untuk menyambut mereka kembali ke New York dan kami ingin semuanya aman," kata De Blasio, seperti dikutip dari Reuters.

Halaman Selanjutnya --> AS Jagoan Vaksin

Soal kecepatan vaksinasi, AS memang boleh dibilang jagonya. Maklum, AS alah 'rumah' bagi perusahaan farmasi pembuat vaksin utama seperti Pfizer, Moderna, sampai Johnson & Johnson. Pasokan dan distribusi tidak menjadi menjadi masalah.

Jumlah vaksin Covid-19 di AS sangat memadai. Our World in Data melaporkan, per 19 Juli terdapat 101,14 dosis vaksin untuk setiap 100 warga AS. Artinya, pasokan tidak jadi soal. AS punya vaksin yang cukup untuk disuntikkan ke lengan seluruh rakyatnya, bahkan masih ada sisa.

corona

Our World in Data mencatat, jumlah warga AS yang telah mendapatkan vaksinasi dosis penuh per 19 Juli 2021 mencapai 161,47 juta orang, tertinggi di dunia. Selisih dengan India di peringkat kedua lumayan jauh, hampir dua kali lipat.

corona

Tidak hanya Indonesia, warga negara lain juga berburu vaksin di Negeri Stars and Stripes. Warga Amerika Selatan pun datang ke AS untuk divaksinasi.

"Jika vaksin tidak datang kepada Anda, maka saatnya mendatangi vaksin. Saya sudah 46 tahun, dan sepertinya tidak akan menerima vaksin di negara saya sampai Desember. Padahal saya melihat semakin banyak orang terdekat yang meninggal dunia," kata Flavio San Martin, seorang warga negara Peru, seperti dikutip dari Reuters.

Begitu pula dengan Pamela Card, perempuan Meksiko berusia 37 tahun. Dia mengaku tidak sabar untuk menunggu giliran divaksin di negaranya sendiri.

"Keluarga adalah yang terpenting. Dengan vaksin, saya merasa lebih tenang dan tidak panik.

"Saya tinggal mengisi formulir yang tidak rumit. Fasilitas kesehatan meminta saya menunjukkan kartu identitas, saya tunjukkan saya orang Meksiko, dan itu saja," ungkap Card, juga dikutip dari Reuters.

Halaman Selanjutnya --> Corona Juga Menggila di Amerika

Namun seperti di negara-negara lain, sekarang pandemi virus corona kembali mengganas di AS. Per 20 Juli 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat pasien positif corona berjumlah 33.741.532 orang. Bertambah 6.963 orang dari hari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir, pasien positif corona di AS bertambah 25.339 orang per hari. Melonjak lebih dari dua kali lipat dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 12.138 orang.

corona

Jika situasi memburuk, maka bukan tidak mungkin AS akan kembali mengetatkan perbatasannya. Tidak sembarang orang bisa masuk, bahkan mungkin ditutup total.

Kalau ini terjadi, maka akses warga negara Indonesia untuk divaksinasi di AS menjadi terbatas. Apalagi Indonesia adalah negara dengan risiko penularan virus corona yang tinggi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Susul Jokowi, Pemimpin Negeri Jiran Ini Divaksin Perdana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular