Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) melaporkan, sampai dengan 17 Juli 2021, realisasi penyaluran insentif tenaga kesehatan (nakes) baru mencapai Rp 2,09 triliun atau setara 23,66% dari pagu yang sebesar Rp 8,85 triliun.
Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah Kemendagri Mochamad Ardian mengungkapkan realisasi penyaluran insentif nakes tersebut adalah akumulasi dari pemerintah provinsi dan kabupaten/kota.
Ardian merinci, sampai dengan 17 Juli 2921 penyaluran insentif tenaga kesehatan di daerah kabupaten/kota sebesar Rp 1,31 triliun atau setara 18,99% dari pagu yang sebesar Rp 6,92 triliun.
Kemudian, realisasi penyaluran insentif nakes di pemerintah provinsi sudah tersalurkan Rp 780,9 miliar atau 40,43% dari pagu yang sebesar Rp 1,93 triliun.
"Kami berharap penyaluran insentif nakes terus digenjot pemda. [...] Kami berharap sampai dengan akhir Juli 2021 realisasinya bisa mencapai 50% atau sama dengan pemerintah pusat," jelas Ardian dalam konferensi pers virtual, Senin (19/7/2021).
Lebih lanjut, Ardian menjelaskan sejumlah pemerintah daerah telah melakukan refocusing anggaran untuk penyaluran insentif nakes, di pemerintah provinsi sudah melakukan refocusing sebesar Rp 1,93 triliun.
"Dengan anggaran terbesar pada DKI Jakarta dan terkecil Bangka Belitung. Tiga provinsi tidak menganggarkan insentif tenaga kesehatan, yaitu Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, dan Papua " jelas Ardian.
Sementara, dari 503 kabupaten/kota yang melakukan refocusing, terdapat 452 daerah yang menggeser anggarannya untuk insentif tenaga kesehatan. Namun, terdapat 51 daerah yang tak mengalokasikan anggaran untuk tenaga kesehatan daerah.
Adapun realisasi provinsi dan kabupaten/kota untuk belanja penanganan Covid-19, sampai dengan 17 April baru terealisasi 18,75% dari pagu yang sebesar Rp 11,7 triliun atau baru dibelanjakan Rp 2,19 triliun.
Rinciannya, realisasi dana penanganan Covid-19 di kabupaten/kota sebesar Rp 1,57 triliun atau 17,94% dari pagu Rp 8,77 triliun dan provinsi sebesar Rp 619 miliar atau 21,17% dari pagu Rp2,92 triliun.
Lalu, realisasi anggaran untuk vaksinasi di provinsi dan kabupaten/kota sebesar Rp 120,94 miliar. Angka itu setara dengan 11,26% dari pagu Rp 1,07 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengancam pemerintah daerah terkait program penyaluran BLT Desa yang sebesar Rp 28,8 triliun dan program vaksinasi di daerah yang anggarannya sebesar Rp 1,96 triliun. Bila pencairan masih lambat maka program tersebut akan ditarik k pemerintah pusat.
Sri Mulyani menjelaskan dari anggaran BLT Desa yang sebesar Rp 28,8 triliun untuk 8 juta keluarga penerima manfaat (KPM), realisasinya penyalurannya sangat rendah.
Secara rinci pada Januari baru 5,1 juta KPM yang disalurkan dengan anggaran sebesar Rp 1,53 triliun. Kemudian pada Februari disalurkan kepada 4,42 juta KPM dengan realisasi anggaran sebesar Rp 1,33 triliun.
Pada Maret diberikan kepada 3,8 juta KPM dengan anggaran Rp 1,07 triliun. Kemudian pada April baru diberikan kepada 2,71 KPM dengan anggaran Rp 810 miliar.
Kemudian pada Mei penyaluran baru diberikan kepada 1,87 juta KPM dengan anggaran Rp 560 miliar, Juni kepada 750.000 KPM dengan anggaran hanya Rp 220 miliar. Serta Juli baru tersalurkan kepada 230.000 dengan anggaran Rp 7 miliar.
Artinya dari Rp 28,8 triliun BLT Desa, baru terealisasi Rp 5,6 triliun atau baru mencapai 19,4% dari pagu anggaran. Oleh karena itu, kata Sri Mulyani, pemerintah pusat akan menyalurkan langsung kepada KPM yang tinggal di desa.
"Ini yang kami dengan Kemendes akan terus dorong. Kalau sampai ini tidak ada pergerakan, kita akan bisa melakukan cari nama di masing-masing desa untuk dapat bantuan dari pemerintah," jelas Sri Mulyani dalam konferensi virtual.
Padahal, kata Sri Mulyani saat ini pemerintah desa bisa membayarkan BLT Desa dengan relaksasi aturan, sehingga mereka tidak punya kendala untuk segera membayarkan kepada kelompok penerima di desa tersebut yang belum mendapatkan bantuan sosial (bansos) apapun, baik itu PKH, Kartu Sembako, bantuan sosial tunai (BST).
"Kalau sampai tak terjadi (penyaluran), akan melakukan intersect, sehingga uang itu sudah ada, tapi belum dirasakan manfaatnya akan bisa kita hindarkan. Kita ingin masuk ke masyarakat dan membantu mereka," kata Sri Mulyani melanjutkan.
Selain akan mengambil alih penyaluran BLT Desa, pemerintah juga memutuskan untuk mengambil alih vaksinasi yang seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.
Vaksinasi di daerah-daerah, kata Sri Mulyani akan dilakukan oleh TNI, Polri dan Bidan BKKBN untuk bisa membantu vaksinasi. Dengan begitu target vaksinasi 1-3 juta sehari bisa terealisasi. Adapun Target TNI-Polri sebanyak 30 juta yang divaksin dan bidan BKKBN 37 juta yang divaksin.
"Ini berarti akan diberikan anggaran untuk vaksinasi dengan tenaga-tenaga tambahan Rp 1,96 triliun. Sebenarnya anggaran ini ada di daerah, namun selama ini tidak terjadi," ujarnya.
"Mendengar keluhan TNI, operasi vaksin yang harus mengeluarkan dari anggarannya sendiri. Kita akan berikan dan anggaran di daerah akan ambil langsung sebelum kita transfer, namanya di intersect," kata Sri Mulyani melanjutkan.