
Bisa 0 Kasus Covid-19, Ternyata Begini Kondisi Brunei

Jakarta, CNBC Indonesia - RI perlu belajar dari negara Brunei dalam menangani corona. Di saat banyak negara tengah berjuang melawan Covid-19, Brunei mampu mencatatkan nol kasus transmisi lokal.
Negara ini secara wilayah tidak terlalu besar hanya 5.765 km² ini atau sekitar 2x lipat wilayah Jogjakarta yang memiliki luas wilayah 3.186 km². Populasi Brunei per 2019 sebanyak 433.285, sangat jauh dibandingkan dengan RI yang populasinya mencapai 270,6 juta di tahun 2019.
Dengan wilayah yang kecil dan penduduk yang terbilang sedikit, Brunei memberlakukan disiplin yang ketat pada warganya untuk memutus mata rantai Covid-19.
Mengutip East Asia Forum, seorang peneliti bernama Nadia Azierah Hamdan dan William Case dari University of Nottingham Malaysia mencoba menganalisis hal ini. Dalam artikel berjudul "Behind Brunei's Covi-19 Success Story", mereka menyampaikan strategi negeri Sultan Hassanal Bolkiah dalam memerangi pandemi.
Penanganannya bukan baru saja dimulai akhir-akhir ini, namun sudah sejak awal tahun 2020 saat Covid-19 pertama menyebar secara global. Di Januari 2020 saat corona pertama mewabah di dunia, Brunei mengambil langkah tegas untuk melarang pelancong dari Hubei memasuki negara itu.
Kemudian pada bulan Februari pejabat setempat menyaring kedatangan dari semua negara dengan cara melakukan pemeriksaan suhu di titik-titik masuk.
Kasus Covid-19 di Brunei mulai terdeteksi pada 9 Maret dan mulai menyebar hingga mencapai 100 kasus dalam waktu 15 hari. Hal ini dipicu dengan adanya seorang jemaah majelis taklim yang berkunjung ke Malaysia.
Saat muncul kasus, Brunei mengambil langkah tegas mengikuti aturan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melakukan jaga jarak dan isolasi mandiri untuk warga yang terinfeksi virus Covid-19.
Sebagai Monarki Islam Melayu, pemerintah Brunei dianggap sensitif terhadap kebutuhan spiritual warga. Namun pemerintah mengambil keputusan pembatasan kegiatan spiritual keagamaan.
Peneliti menyebut Masjid di Brunei ditutup dan dibersihkan. Pertemuan lebih dari keluarga dekat dilarang sepanjang Ramadhan dan selama Hari Raya (Idul Fitri).
Sementara itu, pemerintah mendorong warga Brunei untuk memperkuat dan melaksanakan zikir dan tadarus Al-Quran di rumah saat menjalani karantina," tulis peneliti.
"Sebagai pemimpin politik dan agama bangsa, Sultan Bolkiah memberikan kepemimpinan moral ke publik. Bolkiah menekankan tugas umat Islam untuk mengikuti pedoman jarak sosial, mengambil tindakan pencegahan, sanitasi dan melipatgandakan doa-doa mereka dan merefleksikan Al-Quran. Ia juga mengingatkan warga Brunei yang mayoritas umat Islam, bahwa virus itu sendiri dikirim oleh Tuhan," jelasnya.
Kunci sukses lain dari terkendalinya Covid-19 di Brunei adalah kedisiplinan pemerintah dan warganya. Sejak Mei tahun ini, warga Brunei sudah beraktivitas mendekati normal dengan pelonggaran pembatasan pengumpulan massal.
Tidak hanya warganya yang disiplin, warga di Brunei bahkan tidak merokok. Menurut Menteri Kesehatan Brunei Dato Seri Setia Dr Haji Mohd Isham bin Haji Jaafar jika tembakau berbahaya bagi kesehatan dan nikotin yang ada di dalamnya bersifat adiktif.
"Dalam situasi global yang masih terkena dampak pandemi Covid-19, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah belajar dari penelitian yang ada bahwa perokok beresiko lebih tinggi tertular infeksi Covid-19 yang lebih parah, yang dapat berakibat fatal, dibandingkan dengan non-perokok," paparnya dikutip dari The Star.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Brunei Cetak Rekor Kenaikan Kasus Covid-19