
Freeport Dipastikan Batal Join Smelter Sama Perusahaan China

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Chiyoda International Indonesia sepakat melakukan kerja sama untuk kegiatan Engineering, Procurement, dan Construction (EPC) proyek Smelter Manyar, kawasan industri Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur.
Kontrak EPC dengan Chiyoda ini baru saja ditandatangani kemarin, Kamis, (16/07/2021).
Dengan ditandatanganinya kontrak EPC ini, pembangunan proyek smelter dengan kapasitas pengolahan 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun dan pembangunan fasilitas Precious Metal Refinery (PMR) ini ditargetkan bisa tuntas pada 2023 mendatang.
Adapun produk dari hasil smelter ini yakni sekitar 600 ribu ton katoda tembaga per tahun.
Sebelum sepakat dengan Chiyoda, Freeport sempat didekati oleh perusahaan asal China, Tsingshan Group untuk membangun smelter tembaga baru di Weda Bay, Halmahera Tengah, Maluku Utara. Namun, rencana tersebut sudah dipastikan batal.
Hal tersebut disampaikan oleh Vice President Corporate Communications PT Freeport Indonesia Riza Pratama. Dia mengatakan, Freeport tidak mencapai kesepakatan untuk melakukan kerja sama.
"PTFI tidak mencapai kesepakatan dengan Tsingshan untuk pembangunan smelter," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (16/07/2021).
Soal batalnya rencana kerja sama Freeport dengan Tsingshan ini sebelumnya sempat disampaikan oleh Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ridwan Djamaluddin.
Dia mengatakan, batalnya rencana Freeport untuk kerja sama dengan Tsingshan ini dikarenakan setelah dikaji, pembangunan smelter di Weda Bay ini tidak lebih baik daripada rencana pembangunan di kawasan industri terintegrasi di JIIPE, Gresik, Jawa Timur, yang kini memang tengah diproses Freeport.
"Tidak jadi," ungkap Ridwan kepada CNBC Indonesia saat ditanyakan apakah Freeport jadi join dengan Tsingshan di smelter Weda Bay.
Saat ditanya apa yang jadi pertimbangan batalnya rencana tersebut, dia pun menjawab, "Tidak lebih baik daripada rencana pembangunan di JIIPE," ungkapnya, Jumat (30/04/2021).
Sebelumnya, Tsingshan dikabarkan mau membiayai 92,5% dari nilai proyek yang diperkirakan sekitar US$ 2,5 miliar untuk proyek smelter tembaga baru di Weda Bay, Halmahera Tengah, Maluku Utara. Artinya, Freeport hanya membiayai sekitar 7,5% dari nilai proyek tersebut.
Adapun rencana kapasitas smelter baru yang ditawarkan Tsingshan ini nantinya mengolah 2,4 juta ton konsentrat tembaga menjadi 600 ribu ton katoda tembaga.
Deputi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Septian Hario Seto mengatakan, rencana kerja sama ini akan menarik buat Freeport karena nanti sebagian besar investasinya akan ditanggung oleh Tsingshan. Freeport hanya butuh investasi sebesar 7,5% dari total proyek.
"Selama ini Freeport bilang tidak profitable (menguntungkan), capex (belanja modal) mahal dan lainnya. Tsingshan punya teknologi, tekan angka capex dan berikan pendanaan capex yang maksimal. Freeport hanya perlu pendanaan sekitar 7,5% dari total proyek," ungkapnya.
Seto menyebut, penawaran dari Tsingshan ini jauh lebih menarik jika dibandingkan dengan proyek smelter yang kini tengah digarap Freeport di kawasan industri terintegrasi JIIPE, Gresik, Jawa Timur yang pendanaanya 100% dari Freeport.
Meski Freeport enggan menyebutkan berapa nilai kontrak EPC dengan Chiyoda ini, namun Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak sempat menuturkan bahwa perkiraan nilai investasi untuk pembangunan proyek smelter baru Freeport di Manyar, JIIPE, Gresik ini mencapai US$ 3 miliar.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Deal! Luhut: Smelter Freeport-Tsingshan Diteken Minggu Depan
