Covid-19 Turun Pasca 3 Pekan PPKM Darurat, Ini Penjelasannya

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
15 July 2021 18:05
Wiku Adisasmito Koordinator, Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19
Foto: Wiku Adisasmito Koordinator, Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19

Jakarta, CNBC Indonesia - Koordinator Tim Pakar sekaligus Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan bahwa penurunan dari lonjakan kasus biasanya akan terlihat pada 3 minggu ke depan.

Dijelaskannya, pada gelombang pertama lonjakan kasus covid-19 akhir tahun lalu, butuh 13 minggu hingga mencapai puncak kasus sebelum akhirnya mengalami penurunan kasus. Kala itu, lanjut dia, pemerintah memberlakukan kebijakan PSBB ketat selama 4 pekan.

"Kemudian dilonggarkan transisi selama 13 minggu. Selama itu, kasus naik tajam libur panjang natal dan tahun baru," ujarnya di Jakarta, Kamis (15/7/2021).

Dia menambahkan, selanjutnya intervensi lebih ketat lagi dilakukan dengan cara PPKM Jawa-Bali, setelah kasus mengalami kenaikan lebih dari 10 minggu. Dampaknya baru terlihat selang 3 minggu di mana ada penurunan kasus dan bertahan selama 15 minggu.

"Pada periode kasus pertama ada 45 ribu tempat tidur di ruang isolasi dan ICU, serta 2.700 di RS Daurat Covid-19," sebutnya.

Kala itu, jumlah Laboratorium yang beroperasi berjumlah 223 dengan pemeriksaan 70% dari standar WHO. Adapun dibandingkan dengan saat ini, melihat lonjakan kasus di minggu ke-9 serta intervensi lebih awal yang dimulai minggu ke-8 dan berkaca pada lonjakan pertama, maka penurunan baru terlihat 3 minggu ke depan.

"RS dan Laboratorium jumlahnya terus naik. Ada 120 ribu tempat tidur isolasi dan ICU 7.930 tempat tidur di RSD covid-19. Dan laboratorium saat ini 742 Laboratorium covid dengan capaian lebih dari 300% dari standar WHO," tegasnya.

Berbagai evaluasi menurutnya terus dilakukan agar kasus dapat terlihat. Saat ini pemerintah terus melakukan koordinasi dengan Pemda. Apabila konversi tempat tidur lebih dari 40%, maka perlu dibuka dan difungsikan RS darurat atau RS lapangan.

"Tambahan isolasi terpusat juga perlu jadi fokus utama menurunkan beban RS," katanya.

Bahkan, skenarionya adalah peningkatan 300% dengan 9 ribu tempat tidur isolasi serta 6 ribu tempat tidur ICU. Tambahan tenaga kesehatan juga menjadi fokus. Di mana ini akan diisi mahasiswa akhir dan perawat yang belum melaksanakan uji kompetisi (Ukom) dengan supervisi perawat senior.

"Tambahan dokter yang telah selesaikan masa studi internship. Oksigen dan obat juga akan melibatkan seluruh unsur lembaga terkait distribusi mengacu kebutuhan/provinsi," jelasnya.

Meski begitu, segala upaya tersebut tak akan bisa maksimal jika masyarakat tak ikut andil menekan kasus. Dia mengatakan bagaimana kenaikan kasus tajam akibat penularan di tingkat keluarga. "Peran masyarakat sangat besar dalam menekan klaster keluarga. Caranya dengan isolasi mandiri yang benar," pungkasnya.


(yun/yun)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nah Lho, Warga AS Tertular Virus Corona dari Hewan Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular