Orang Miskin RI Nambah 1,12 Juta Orang Jadi 27,54 Juta Orang

Cantika AP Noveria, CNBC Indonesia
Kamis, 15/07/2021 12:22 WIB
Foto: Suasana bantaran kali Cideng, Roxy, Jakarta Barat (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan kondisi profil kemiskinan Indonesia per Maret 2021. Dibandingkan September 2020 terjadi perbaikan, tetapi terhadap Maret tahun lalu malah memburuk.

Margo Yuwono, Kepala BPS, melaporkan jumlah penduduk miskin per Maret 2021 adalah 27,54 juta orang. Turun 0,02 juta orang dibandingkan September 2020 tetapi naik 1,12 juta orang dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Dari sisi persentase, tingkat penduduk miskin pada Maret 2021 adalah 10,14%. Turun 0,05 poin persentase dibandingkan September 2020 tetapi naik 0,36 poin persentase dibandingkan Maret 2020.


Sumber: BPS

"Pada triwulan I-2021, pertumbuhan ekonomi masih terkontraksi tetapi menunjukkan arah pemulihan. Inflasi terlihat arahnya dari waktu ke waktu semakin meningkat, terjadi supply-demand di pasar. Sudah ada transaksi," kata Margo dalam jumpa pers, Kamis (15/7/2021).

Namun, lanjut Margo, pemulihan ekonomi belum merata. Masih ada provinsi yang mengalami kontraksi ekonomi dalam, seperti Bali, tetapi ada yang sudah tumbuh positif seperti Yogyakarta.

Secara sektoral, pemulihan ekonomi juga tidak seragam. Masih ada sektor yang mengalami kontraksi dalam, paling parah adalah transportasi dan perdagangan. Sektor industri pengolahan pun belum pulih betul.

"Catatan lain, kita juga melihat konsumsi rumah tangga masih terkontraksi, masih menghadapi tantangan berat. Pada triwulan I, konsumsi masih terkontraksi 2,23%," tutur Margo.

Masyarakat, terutama kelompok menengah-atas, sebenarnya menikmati tambahan penghasilan. Ini terlihat dari kenaikan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 sebesar 14,41% dari kuartal III-2020 ke kuartal I-2021.

Akan tetapi, kelompok ini cenderung menahan konsumsi dan mengalihkannya ke pos lain. Tabungan kelompok menengah-atas naik 3,19%. Investasi pun meningkat, misalnya di ekuitas (saham) meningkat 3,19% dan reksadana melonjak 54,83%.

"Golongan menengah-atas masih menahan konsumsi karena melihat kondisi yang belum pasti di tengah pandemi. Peningkatan pendapatan tidak dibelanjakan, tetapi ditabung dan diinvestasikan, tidak untuk konsumsi," papar Margo.


(aji/aji)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Potret Kemiskinan Indonesia 2024