Jakarta, CNBC Indonesia - Penyebaran kasus Covid-19 di Indonesia masih terus menanjak. Dalam beberapa hari terakhir, kenaikan yang terjadi sangat signifikan. Kemarin bahkan mencapai 54 ribu kasus per hari.
Mengutip Worldometers, Rabu malam (14/7/2021), Indonesia bahkan menggantikan India sebagai kasus terbanyak di Asia.
Kasus aktif di India mencapai 436 ribu dengan tambahan kasus positif 9.600 orang dalam sehari. Dengan demikian total yang terjangkit virus mencapai 30,9 juta orang dan 411 orang meninggal dunia.
Sementara Indonesia memiliki kasus aktif sebanyak 443 ribu dengan tambahan 54 ribu orang positif dalam sehari. Total yang terjangkit mencapai 2,6 juta orang dan 69 orang meninggal dunia.
Kasus aktif terbanyak lainnya adalah Iran dengan 284 ribu orang, Bangladesh dengan 145 ribu orang, Iraq dengan 113 ribu dan Malaysia dengan 101 ribu orang.
Halaman Selanjutnya >> Kasus Covid RI Diramal Bakal Terus Naik
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra mengungkapkan jumlah penularan kasus di Indonesia masih akan terus naik.
Pasalnya meskipun pemerintah menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat, namun mobilitas masyarakat masih diperbolehkan untuk keluar rumah, terutama bagi mereka yang bekerja di sektor esensial.
Disamping itu juga masuknya virus corona varian Delta di Indonesia juga membuat penularan cepat terjadi. Juga adanya euforia vaksin. Vaksinasi walaupun merupakan harapan dalam upaya pencegahan, tapi vaksin ini menurut Hermawan membuat orang menjadi abai.
"Setelah divaksin jadi permisif, ini juga harus hati-hati. Karena kedisiplinan dan kejenuhan masyarakat, sehingga tingkat penanganan covid belum mampu mengikuti kecepatan penularan, justru penularan terus terjadi," jelas Hermawan kepada CNBC Indonesia.
Hermawan pun menyarankan kepada pemerintah untuk memacu agar testing dan spesimen yang diperiksa bisa lebih ditingkatkan. Jikalau spesimen yang diperiksa mencapai 900.000 sampai 1 juta per hari, maka angka penambahan kasus positif dalam sehari bisa bertambah 100.000 kasus, namun masyarakat tidak perlu khawatir.
"Bisa sampai 100.000 per hari bisa tembus. Tapi sekali lagi, tidak perlu kaget dengan angka, karena memang kita sudah stagnan dan rumah sakit (RS) rujukan sudah tidak sanggup semua sebenarnya," tuturnya.
"Di Pulau Jawa semua RS rujukan sudah over capacity. Seandainya masyarakat terjadi masif transmission luar biasa, kita tidak kaget dengan kasus positif. Tapi justru dengan temuan kasus cepat kita bisa mengukur cepat dan menyelamatkan jiwa lebih cepat, begitu prinsipnya," kata Hermawan melanjutkan.
Hal senada juga diungkapkan oleh Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman. Menurut dia Indonesia masih akan menuju puncak angka penularan hingga lebih dari bulan Juli.
Sebetulnya, kata Dicky bisa untuk memberhentikan lonjakan penularan virus, asalkan ada upaya intervensi yang lebih masif lagi dari pemerintah melebihi PPKM Darurat.
PPKM Darurat, menurut Dicky lebih baik dilakukan terus, sambil masing-masing kota di Indonesia terus meningkatkan tracing, testing, dan treatment (3T), Minimal harus bisa melakukan testing terhadap 500.000 spesimen setiap hari.
"Kemudian ada pembatasan mobilitas dan kunjungan rumah, itu akan mengurangi ledakan kasus yang besar dan akan mempercepat terjadinya puncak atau jadi lebih cepat landainya. Tapi tidak bisa cepat-cepat juga, butuh 2-3 minggu," jelas Dicky kepada CNBC Indonesia.
Jika pemeriksaan spesimen sudah mencapai 500.000 sambil diikuti tracing dan treatment atau isolasi mandiri, maka angka penularan kasus virus pun bisa dikendalikan.
"Puncak skenario yang terjadi bisa skenario terburuk. Bisa seperti proyeksi health metric 1 juta terinfeksi. Kalau saya masih di 500.000an. Kalau intervensinya seperti ini, baru akan melandai hingga akhir September," kata Dicky melanjutkan.