Investasi Raksasa Migas Dunia Loyo, Pertamina 'On Fire'

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
Selasa, 13/07/2021 10:23 WIB
Foto: Pertamina Uji Coba Green Diesel di Kilang Cilacap (Dok. Pertamina)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan minyak dan gas bumi (migas) dunia kini masih menahan investasinya meski harga minyak telah jauh menguat dibandingkan saat awal pandemi tahun lalu.

Dalam beberapa bulan terakhir harga minyak sudah mendekati US$ 78 per barel, menjadi yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir karena organisasi pengekspor minyak (OPEC) dan produsen migas besar lainnya gagal mencapai kesepakatan menaikkan produksi.

Kenaikan harga minyak ini diiringi dengan kenaikan harga gas global karena masalah pasokan. Ini akan menjadi pemasukan yang besar bagi perusahaan migas setelah mereka memangkas investasi di tengah pandemi tahun lalu.


Belanja modal (capital expenditure/ capex) perusahaan migas dunia kemungkinan akan meningkat mulai tahun depan karena perusahaan membayar utang dan pemulihan pasca pandemi.

Akan tetapi investasi ke depannya diperkirakan akan banyak dialokasikan untuk sektor energi baru terbarukan (EBT), bukan pada hulu migas.

"Akan ada lebih banyak capex pada tahun depan, tetapi tidak banyak peningkatan masuk ke hulu migas (produksi migas), melainkan akan masuk ke energi terbarukan," kata Joyner, analis dari Redburn, sebagaimana dikutip dari Reuters, Senin (12/07/2021).

Shell misalnya, dikutip dari Reuters, perusahaan asal Belanda ini menahan belanja modal mereka tidak lebih dari US$ 22 miliar pada 2021 ini.

Berdasarkan data Redburn, dikutip dari Reuters, belanja modal sejumlah perusahaan migas dunia antara lain Shell, BP, Total, Eni, Equinor, OMV, pada 2021 diperkirakan mencapai US$ 59,9 miliar untuk hulu migas dan US$ 8,7 miliar untuk energi terbarukan. Sementara pada 2020 total belanja modal mereka sekitar US$ 62,5 miliar.

Di kala perusahaan migas dunia mengerem investasinya, perusahaan migas terbesar RI PT Pertamina (Persero) justru berani menggenjot investasinya pada tahun ini.

Menanggapi dinamika global yang terjadi, Pjs Senior Vice President Corporate Communication & Investor Relations PT Pertamina (Persero) Fajriyah Usman pun angkat bicara.

Dia mengatakan, sampai saat ini Pertamina tetap berkomitmen untuk menjalankan investasi dalam rangka pengembangan usaha, serta merealisasikan proyek strategis nasional.

"Pertamina tetap berkomitmen untuk menjalankan investasi dalam rangka pengembangan usaha dan juga merealisasikan proyek strategis nasional," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Senin (12/07/2021).

Meski demikian, imbuhnya, monitoring akan terus dilakukan secara ketat melihat dinamika situasi yang tengah terjadi sampai akhir tahun ini. Hal ini dilakukan supaya prioritas investasi bisa mencapai sasaran jangka pendek dan panjang.

"Pertamina terus melakukan monitoring ketat terhadap dinamika situasi yang tengah terjadi sampai akhir tahun ini agar prioritas investasi dapat tetap mencapai sasaran jangka pendek dan jangka panjang perusahaan di tengah era transisi energi yang sedang berlangsung," jelasnya.

Tahun ini PT Pertamina (Persero) menargetkan investasi naik dua kali lipat dibandingkan 2020 menjadi US$ 10,7 miliar atau sekitar Rp 153 triliun (asumsi kurs Rp 14.300 per US$) dari US$ 4,7 miliar atau sekitar Rp 67,2 triliun pada 2020 lalu.

Fajriyah mengatakan, Pertamina terus berupaya mengoptimalkan perannya sebagai pengelola energi nasional melalui strategi investasi yang tepat di seluruh lini bisnis perusahaan.

Di sektor hulu, sejak 2017 Pertamina mendapat kepercayaan dari pemerintah untuk mengambil alih 11 Wilayah Kerja Migas terminasi yang sebelumnya dikelola operator lain.

Pada Agustus 2021, ketika Blok Rokan resmi dikelola melalui Pertamina Hulu Rokan, maka kontribusi Pertamina Group akan meningkat signifikan terhadap produksi migas nasional.

"Langkah ini merupakan upaya perseroan untuk menjaga kedaulatan energi nasional dengan meningkatkan produksi minyak dan gas serta mendukung pemerintah mewujudkan produksi 1 juta barel (per hari)," ungkap Fajriyah, dalam keterangan resmi Pertamina, Rabu (16/06/2021).

Di sektor pengolahan, kata Fajriyah, anggaran investasi Pertamina juga ditujukan untuk membangun infrastruktur pengolahan empat Refinery Development Master Plan (RDMP) dan satu Grass Root Refinery (GRR) yang akan terintegrasi dengan kilang petrokimia.

Sebagai kelanjutan dari implementasi program biodiesel yang dijalankan sejak 2006, Pertamina juga berkomitmen mengembangkan biofuel atau biodiesel 100% dengan mempercepat penyelesaian proyek biorefinery di tiga lokasi, yakni kilang Cilacap, Dumai dan Plaju untuk memenuhi kebutuhan biodiesel dengan mengolah sumber energi dari kelapa sawit yang melimpah di dalam negeri.

Lalu di sektor hilir, Fajriyah menuturkan, Pertamina juga terus mengembangkan infrastruktur penyaluran BBM, LPG, dan Gas. Saat ini, Pertamina sedang menuntaskan 14 lokasi terminal BBM dan empat lokasi terminal LPG di Indonesia Timur.

Untuk mendorong upaya konversi energi bagi pembangkit listrik PLN, Pertamina juga membangun infrastruktur LNG di 56 titik.

"Mengantisipasi era transisi energi, Pertamina terus mengembangkan PLTP, PLTS atau PLTGU untuk ketahanan energi nasional," imbuhnya.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bahlil Sebut Sumur Minyak Bisa Dibor Warga, Ini Pembelinya

Pages