IKK Juni Moncer, tapi Awas Berpeluang Drop Lagi Bulan Depan!

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
08 July 2021 15:55
Pengendara melewati jalur alternatif untuk melewati penyekatan PPKM Darurat di Jakarta, Selasa (6/7/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Pengendara melewati jalur alternatif untuk melewati penyekatan PPKM Darurat di Jakarta, Selasa (6/7/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Satu-satunya risiko yang membayangi IKK Indonesia tentu saja perkembangan pandemi Covid-19 yang kian hari kian memburuk sehingga Indonesia berulangkali mencetak rekor kasus harian tertinggi yang baru. Menurut data Worldometers, Indonesia juga menjadi negara dengan kasus harian tertinggi sedunia.

Terakhir per Rabu (7/7/2021), kasus baru Covid-19 bertambah 34.379 pasien dalam sehari. Sebanyak 1.040 orang meninggal dunia dalam sehari, sehingga total angka kematian akibat Covid-19 selama pandemi mencapai 62.908 orang.

DKI Jakarta menyumbang kasus harian terbanyak, yaitu sebesar 9.366. Selanjutnya Jawa Barat 8.591 kasus, Jawa Tengah 3.823 kasus, DIY 1,370 kasus, dan Jawa Timur 2.584 kasus. Tak hanya menyumbang kasus positif terbanyak, kelima provinsi tersebut juga menyumbang tambahan kasus meninggal terbanyak.

Imbasnya, tentu saja, adalah pengetatan aktivitas masyarakat guna mengerem penyebaran. Pemerintah telah mengumumkan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro yang kini ditambah embel-embel Darurat. Penyekatan dilakukan di Ibu Kota, dan di kota-kota besar di Indonesia yang mencetak kenaikan kasus.

Saat ini, 43 kota besar di Indonesia melakukan kebijakan tersebut. Mal di Jakarta dipaksa tutup, pedagang kaki lima pun dirazia, mulai dari tukang sate, tukang bubur, hingga pedagang kaki lima di ajang lomba burung. Hal ini tentu saja akan membuat orientasi belanja masyarakat menjadi berubah, bukan lagi kebutuhan sekunder dan tersier, melainkan primer.

Mereka yang bukan karyawan akan kembali mengetatkan ikat pinggang, sementara para karyawan memilih belanja kebutuhan esensial. Tren menabung akan kembali berlanjut, dan situasi ini berpeluang memicu penurunan optimisme masyarakat akan prospek ekonomi, dan juga optimisme mereka untuk membelanjakan dananya untuk keperluan konsumtif.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai gelombang kedua Covid-19 di Indonesia bakal berpengaruh buruk pada perekonomian kuartal III, sehingga dia memprediksi Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada periode itu akan berkisar 4%-4,6% jika kondisi berlarut-larut.

BI pun secara implisit telah mengingatkan risiko tersebut. Dalam pernyataan resminya, bank sentral nasional ini mengingatkan pemerintah untuk mencermati kondisi pandemi sekarang, agar tidak terjadi kenaikan kasus lebih jauh.

"Kondisi ini perlu terus dijaga dan dicermati sejalan diterapkannya PPKM Darurat guna mengatasi kenaikan Covid-19 di Indonesia," tulis BI dalam keterangan resminya.

Dan pasar saham pun kembali terkoreksi pada sesi kedua, sebesar 0,07% menjadi 6.039,896, setelah pada sesi pertama melesat dibantu sentimen positif dari IKK dan dari positifnya bursa Amerika Serikat (AS). Virus Delta mengubah semua peta keadaan, termasuk prospek IKK ke depan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular