Kurangi Batu Bara, Energi PLTU Bisa Dicampur dengan Sampah

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
25 June 2021 17:37
Doc. PLN
Foto: Doc. PLN

Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN (Persero) telah berhasil melakukan pencampuran biomassa dengan batu bara atau co-firing pada 17 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) hingga Juni 2021.

Dari proyek co-firing tersebut, perseroan telah menghasilkan energi hijau dari ekuivalen kapasitas pembangkit 189 Mega Watt (MW).

Salah satu lokasi penerapan co-firing PLTU ini yaitu PLTU Ropa di Ende, Nusa Tenggara Timur.

Direktur Mega Proyek dan EBT PLN, Wiluyo Kusdwiharto menjelaskan, program co-firing merupakan bagian dari transformasi PLN untuk mendukung program peningkatan bauran energi baru terbarukan 23% pada 2025.

Tak hanya di Ende, program co-firing juga dilakukan PLN di 54 lokasi PLTU di Indonesia hingga 2024. Wiluyo berharap, program ini dapat menjadi solusi penanganan sampah, sekaligus membangun ekonomi kerakyatan di daerah.

"PLN siap sinergi untuk menjalankan program ini," ujar Wiluyo, seperti dikutip dari keterangan resmi PLN, Jumat (25/06/2021).

PLN memulai program co-firing di Ende pada tahun lalu. Melalui program ini, PLN melatih warga setempat untuk mengolah sampah biomassa menjadi pelet dengan membangun tempat pengolahan sampah. Sampah yang dijadikan pelet ini berasal dari sampah sisa masakan, dedaunan, sampah rumput dan organik lainnya.

Awalnya pelet yang dihasilkan warga Ende hanya akan dimanfaatkan untuk program co-firing di PLTU Ropa. Namun karena selama ini warga Ende masih banyak menggunakan minyak tanah dan kayu bakar untuk memasak, PLN didukung Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ende mengajak warga memanfaatkan pelet sebagai bahan bakar memasak.

Selain lebih ramah lingkungan, pemanfaatan pelet bisa menekan biaya pembelian minyak tanah yang biasanya bisa mencapai Rp 200 ribu-Rp 700 ribu per bulan.

PLN mengalokasikan dana Rp 855,73 juta melalui PLN Peduli, yang melibatkan peran serta masyarakat untuk mendukung program co- firing PLTU Ropa.

"Pelet yang digunakan sangat mempengaruhi perekonomian. Selain itu, pelet mengatasi permasalahan sampah, khususnya sampah organik, diberikan ruang untuk diolah dan hasilnya terbukti pelet sampah menjadi pengganti minyak tanah untuk memasak," kata General Manager Unit Induk NTT Agustinus Jatmiko.

Tak berhenti di situ, kehadiran program ini juga telah mendorong berkembangnya usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) setempat yang bergerak di bidang pembuatan kompor pelet.

"UMKM ini bisa membuat kompor pelet yang murah dan diproduksi massal. Selain produksi UMKM, SMK Negeri 2 Ende membuat kompor pelet," ujar Jatmiko.

PLN juga menyambut baik dukungan Pemda dalam peningkatan kapasitas produksi pelet dengan menambah lokasi pengolahan sampah. Jatmiko memastikan PLN siap menjadi pembeli (offtaker) produksi pelet yang dihasilkan warga.

"Bapak Bupati memiliki ide inovasi, bagaimana caranya PLTU Ropa bisa menggunakan bahan bakar biomassa bahkan sampai dengan 100% serta menggerakkan ekonomi rakyat. Dari sisi PLN, Kami siap menjadi offtaker produksi pelet berapapun yang dihasilkan, " ucap Jatmiko.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tingkatkan Kapasitas EBT, PLN Targetkan Co-firing di 52 PLTU

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular