RI Lelang 6 Blok Migas, Exxon Cs Bungkam, Tak Tertarik?

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
22 June 2021 14:15
Kilang minyak
Foto: Aristya Rahadian Krisabella

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melelang enam Wilayah Kerja (WK) atau blok minyak dan gas bumi (migas) tahap pertama tahun 2021 pada 17 Juni 2021 pekan lalu.

Enam blok migas yang ditawarkan tersebut terdiri dari empat blok migas melalui penawaran langsung (direct proposal) dan dua blok migas melalui lelang reguler (regular tender).

Dari enam WK yang dilelang, pemerintah optimistis bisa menggaet investor kelas kakap dari lelang blok migas ini, sebagaimana disampaikan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto.

Namun sayangnya, sejumlah perusahaan migas kelas kakap malah enggan memberikan komentar soal lelang enam WK migas ini.

CNBC Indonesia telah mencoba menghubungi perusahaan migas Exxon Mobil Indonesia, namun sayangnya perusahaan enggan memberikan tanggapannya saat ditanya mengenai seberapa menarik enam WK yang dilelang pemerintah dan apakah insentif yang diberikan pemerintah cukup menarik perusahaan untuk mengikuti lelang tersebut.

Hal senada juga disampaikan oleh Chevron.

Kepada CNBC Indonesia, External Affairs Advisor Chevron Asia Pacific Cam Van Ast mengatakan, pihaknya tidak bisa memberikan komentar dan penilaian untuk eksplorasi potensial.

"Kami tidak mengomentari penilaian untuk eksplorasi potensial, sebagai kebijakan jangka panjang," ungkapnya, Selasa (22/08/2021).

Sementara itu, praktisi sektor hulu migas Tumbur Parlindungan mengatakan, enam WK migas yang dilelang secara teknikal dan lokasinya tersebut menarik. Hanya saja, menurutnya sumber dayanya tidak besar dan areanya sebagian besar ada di darat.

"Yang menjadi pertimbangan apakah cukup menarik dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang lebih dulu menawarkan bloknya seperti East Timor, Malaysia, Vietnam dan Thailand," paparnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, kendala utama yang dihadapi investor migas adalah kepastian skema kontrak. Hal ini dikarenakan skema kontrak yang sering berganti.

Seperti diketahui, pemerintah yang mulanya menggunakan kontrak bagi hasil (Production Sharing Contract/ PSC) Cost Recovery, kemudian berganti menjadi Gross Split, dan saat ini diubah kembali dengan memberi kebebasan bagi calon investor untuk memilih PSC Cost Recovery atau Gross Split.

"Yang masih menjadi kendala utama adalah kepastian hukum dari contract-nya tersebut karena terlalu sering berganti kebijakan," ujarnya.

Tantangan selanjutnya, imbuhnya, adalah banyaknya pemain kelas dunia di sektor migas yang akan keluar dari proyek di Indonesia atau tak lagi diperpanjang kontraknya, seperti Total E&P Indonesie, Chevron Pacific Indonesia, dan Shell yang juga akan keluar dari proyek gas raksasa Blok Masela dalam waktu dekat.

"Umumnya companies ini sudah lebih dari 30 tahun berinvestasi di Indonesia. Dan belum ada signal yang membawa pemain-pemain eksplorasi internasional akan kembali ke Indonesia," jelasnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengaku optimistis pemerintah bisa menggaet investor kelas kakap dari lelang blok migas ini. Jika pemenang lelangnya investor kelas kakap, maka wilayah kerjanya tidak hanya didiamkan saja, namun segera dilakukan eksplorasi.

"Baru saja kemarin pemerintah lelang enam WK, saya optimistis akan ada pemenang lelang. Saya harap pemenang lelang investor kelas kakap, sehingga nggak hanya menang lelang, lalu didiamkan saja. Tapi investor kakap bisa langsung melakukan eksplorasi untuk menemukan cadangan migas yang baru," paparnya.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan, keenam blok migas yang baru ditawarkan tersebut memiliki bagi hasil produksi (split) yang berbeda dari penawaran migas sebelumnya.

"Sharing split tidak seperti sebelumnya, ada yang 70%-30% (70% bagi hasil pemerintah dan 30% kontraktor), ada yang sampai 50%-50% (pemerintah dan kontraktor) untuk berbagi risiko," ungkapnya dalam Oil & Gas Investment Day, Kamis (17/06/2021).

Menurutnya, semakin tinggi risiko, maka bagi hasil produksi untuk Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) akan semakin besar.

"Risiko semakin tinggi, KKKS (split) makin besar," lanjutnya.

6 WK Migas yang sedang dilelang tersebut antara lain:

a. Penawaran Langsung:

1. WK South CPP Onshore di Riau Barat.
2. WK Sumbagsel Onshore Sumatera Selatan.
3. WK Liman Onshore dan Offshore, Jawa Timur.
4. WK Rangkas, Onshore di Banten dan Jawa Barat.

b. Lelang Reguler:

1. WK Merangin III, Onshore Sumatera Selatan dan Jambi.
2. WK North Kangean, Offshore di Jawa Timur.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Impor Minyak Membengkak, Produksi Pertamina-Exxon Melempem!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular