Internasional

Berita Duka: Presiden Pertama Zambia Kenneth Kaunda Wafat

Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
18 June 2021 06:11
FILE - In this Jan. 25, 2015 file photo, former Zambian president, Kenneth Kaunda, attends the inauguration ceremony of the Patriotic Front's Edgar Lungu, in Lusaka. The country's first president, Kaunda, 97, has been admitted to hospital, his office announced Monday, June 14, 2021, as the southern African country battles a surge in COVID-19. (AP Photo/Moses Mwape, File)
Foto: Kenneth Kaunda (AP/Moses Mwape)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar duka datang dari Zambia. Presiden pertama negara itu, Kenneth Kaunda, meninggal akibat pneumonia di rumah sakit militer di Lusaka, Kamis (17/6/2021) waktu setempat. Ia meninggal pada usia 97 tahun.

"Saya sedih untuk memberi tahu kalau kami telah kehilangan Mzee. Mari kita doakan beliau," tulis Kambarage Kaunda, putra Kenneth Kaunda, di akun Facebook Kenneth Kaunda seperti dilaporkan Aljazeera.

Awal pekan ini, Kaunda merasa tidak enak badan. Ia pun menjalani perawatan di Pusat Medis Maina Soko di Lusaka.

Kendati ekonomi Zambia bernasib buruk di bawah kepemimpinannya dalam kurun waktu 1964-1991, Kaunda lebih dikenang karena perannya sebagai pejuang antikolonial yang menentang minoritas kulit putih yang menguasai Afrika Selatan.

Sebagai bungsu dari delapan bersaudara, ayah Kaunda wafat saat Kaunda masih berusia 8 tahun. Ibunya adalah seorang guru, sebuah profesi yang langka di kalangan perempuan Zambia pada masa itu.

Kaunda memulai karier politik sebagai Sekretaris Kongres Nasional Afrika (ANC) untuk wilayah Rhodesia Utara. Namun, pada tahun 1958, dia memisahkan diri dari ANC dan membentuk Kongres Nasional Afrika Zambia (ZANC). Pemerintah kolonial lantas melarangnya setahun kemudian dan Kaunda pun dijebloskan ke penjara di Lusaka selama sembilan bulan.

ZANC lantas bertransformasi menjadi Partai Persatuan untuk Pembangunan Nasional (UNIP) pada tahun 1959. Tahun berikutnya Kaunda dibebaskan dari penjara dan terpilih sebagai Ketua Umum UNIP. Dia kemudian mengorganisasi pembangkangan sipil yang dikenal sebagai kampanye Cha-cha-cha.

Filosofi Mahatma Gandhi yang membuat Kaunda berkomitmen pada prinsip-prinsip non-kekerasan. Berbekal keteramplan retorika untuk menarik perhatian publik, Kaunda memenangkan kemerdekaan bagi Zambia tanpa menggunakan kekerasan pada tahun 1964. Sebagai Ketua Umum UNIP, dia memerintah selama 27 tahun.



Warisan Kaunda
Dalam kebijakan luar negeri, Kaunda memberikan bantuan logistik kepada gerakan pembebasan Afrika lainnya, termasuk Persatuan Rakyat Afrika Zimbabwe (ZAPU) dan Persatuan Nasional Afrika Zimbabwe (ZANU) yang memisahkan diri dari Rhodesia Selatan dan ANC Afrika Selatan.

Kaunda yang dikritik karena gaya kepemimpinan otokratis, melarang oposisi politik pada tahun 1973. Ia terpaksa membatalkan keputusan itu pada tahun 1991 karena tekanan rakyat yang dipicu kekurangan bahan makanan pokok serta meningkatnya tekanan internasional untuk demokrasi yang lebih besar di Afrika.

Kaunda jatuh dari kekuasaan seiring munculnya demokrasi multipartai. Pada tahun 1991, dia kalah dalam pemilihan presiden dari Fredrick Chiluba yang berasal dari Gerakan untuk Demokrasi Multipartai (MMD). Kaunda menerima kekalahan sembari melambaikan sapu tangan putih khasnya.

Kaunda terus terlibat dalam politik nasional dan pada tahun 1996 mencoba mencalonkan diri sebagai presiden. Namun, pemerintah Chiluba mngubah konstitusi sehingga siapapun yang orang tuanya berasal dari luar negeri dianggap orang asing. Oleh karena itu, Kaunda tidak dapat mencalonkan diri.

Chiluba kemudian berusaha mendeportasi Kaunda dengan tuduhan kalau dia adalah orang Malawi. Pada tahun 1997, Chiluba menjebloskan Kaunda ke penjara pada Hari Natal karena diduga terlibat dalam upaya kudeta yang gagal.

Pada tahun 1999, selama pemerintahan Chiluba, dia dinyatakan tidak memiliki kewarganegaraan oleh Pengadilan Tinggi Zambia. Namun, Kaunda melakukan banding ke Mahkamah Agung Zambia yang menyatakan dia sebagai warga Zambia pada tahun berikutnya.

Di usia tuanya, Kaunda berulang kali bicara di depan umum melawan ketidakadilan yang dirasakan serta penindasan terhadap minoritas.


(miq/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Varian Ganas Bikin Negara Ini Masuk Gelombang III Corona

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular