Heboh Pungli di Terminal Terbesar di RI, JICT Beri Penjelasan

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
16 June 2021 16:22
Sejumlah truk bongkar muat melintas di kawasan Tj Priok, Jakarta, Jumat, 11/6. Praktik pungutan liar (pungli) hingga saat ini masih merajalela di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Seperti pengakuan beberapa supir kepada Presiden Joko Widodo, Kamis (11/6/2021), saat kunjungan ke pelabuhan utama Indonesia ini kemarin.
Para pekerja kerah biru ini mengeluhkan, bukan terkait masalah beratnya pekerjaan yang digelutinya, melainkan aksi premanisme juga pungutan liar yang kerap terjadi. Dia berharap, pihak aparat bisa lebih memperketat pengamanan area pelabuhan. Selain itu, pihaknya juga berharap ada transparansi biaya pelabuhan untuk semua aktivitas.

Dari dialog yang dilakukan supir truk dengan Presiden Joko Widodo kemarin, praktik premanisme terjadi saat keadaan jalan sedang macet di mana preman naik ke atas truk, lalu menodongkan celurit kepada supir untuk dimintai uang.

Adapun pungli terjadi di sejumlah depo. Pengemudi truk dimintai uang Rp 5.000 - Rp 15.000 supaya bongkar muat bisa lebih dipercepat pengerjaannya. Jika tidak dibayar, maka pengerjaan bongkar muat akan diperlambat. Hal ini terjadi di Depo PT Greating Fortune Container dan PT Dwipa Kharisma Mitra Jakarta. 
Pantauan CNBC Indonesia dilapangan saat di kawasan JICT tampak jarang hampir tak terlihat himbauan banner stop pungli diarea tempat keluarnya truk.

Suasana dipinggir jalan kawasan Tj Priok arah Cilincing juga tak terlihat para kenek parkir di pinggir jalan semenjak ramenya kasus pungli.
Foto: Suasana Tanjung Priok, Jakarta Utara (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Jakarta International Container Terminal (JICT) segera berbenah, terkait adanya kasus pungli yang berada di kawasan terminal petikemas terbesar di Indonesia ini.

Upaya pembenahan antara lain mengurangi kontak langsung dari petugas dengan customer  pelabuhan. Caranya dengan memperkuat sistem digitalisasi mulai dari pembayaran hingga kegiatan teknis di pelabuhan.

Direktur Utama JICT, Ade Hartono menjelaskan ke depan pihaknya akan manfaatkan sistem digitalisasi, guna menciptakan terminal petikemas yang smart, sehingga bisa memberi pelayanan maksimal ke pengguna jasa.

Sebelumnya, kepolisian sudah menangkap delapan orang di area JICT, pelabuhan Tanjung Priok. Salah satunya adalah koordinator pungli di area tersebut. Dia merupakan pengawas/supervisor di perusahaan outsourcing yang berkontrak dengan JICT.

"Dari isu terkini belakangan ini ada kejadian di JICT kami punya komitmen kuat, penegakan integritas layanan pengguna jasa. Juga menjunjung tinggi hal integritas menjadi pelabuhan yang bersih. Kami mendukung upaya penegakan hukum untuk memberantas pungli," kata Ade. dalam konferensi pers, Rabu (16/6/2021).

Ade mengatakan sudah melakukan tindakan tegas kepada perusahaan outsourcing yang terlibat, dengan memberikan surat teguran keras kepada vendor.

"Kita sudah lakukan tindakan tegas. Yang terlibat pegawai itu outsourcing, kita lakukan tindakan tegas ke vendor. Karena kita punya kontrak ke vendor dan sudah surat teguran keras," jelasnya.

Saat ini perusahaan sudah menerapkan sistem NGen sistem ini untuk melakukan kontrol terhadap pekerja di pelabuhan. Juga menggunakan JICT Auto Gate System (JAGS) supaya penanganan petikemas lebih efektif untuk keluar masuk truk.

Wakil Direktur Utama JICT, Budi Cahyono mengatakan terkait pungli, JICT mendukung penuh langkah yang dilakukan pemerintah dan aparat penegak hukum membersihkan praktik pungli di kawasan pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

"Kami terus menginvestigasi adanya pungli di JICT yang beredar beberapa hari, JICT akan menindak tegas oknum yang melanggar hukum. JICT juga menjalankan whistle blowing program termasuk menyediakan line khusus untuk pengaduan pungli," katanya.

Selain itu beberapa hal yang akan dilakukan seperti penyesuaian pengerahan operator akan dimaksimalkan pada shift malam, dimana workload paling banyak di malam hari. Untuk batas waktu bongkar muat akan memperbaiki rata-rata performance kurang dari 109 menit untuk pengantaran dan 72 menit untuk receiving.

"Kita akan mencoba kurang dari 109 menit. tapi kalau truk impor memang butuh waktu satu dua jam, waktu peak bisa lebih tinggi lagi. Belum lagi kalau weekend lebih banyak lagi. Makanya kalo weekend itu tidak menutup terjadi penumpukan, walaupun sampai saat ini masih bisa di-manage," jelasnya.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kacau! Pungli Mendarah Daging, Pengusaha Sentil Satgas Pungli

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular