Internasional

Bahaya! Corona India 'Teror' China, Global Terancam Krisis

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
15 June 2021 13:55
Shipping containers are seen stacked at the railway port in Erenhot, Inner Mongolia Autonomous Region, China August 19, 2018. Picture taken August 19, 2018. REUTERS/Stringer  ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. CHINA OUT.
Foto: Ilustrasi Kontainer pengiriman terlihat ditumpuk di pelabuhan kereta api di Erenhot, China. (REUTERS/Stringer)

Jakarta, CNBC Indonesia - Provinsi Guangdong di China menghadapi lonjakan mendadak kasus Covid-19. Semenjak varian corona India, varian Delta, ditemukan Mei 2021, terdapat 146 warga lokal positif corona.

Akibatnya pihak berwenang menutup distrik dan bisnis untuk mencegah penyebaran virus tersebut. Bukan cuma itu, otoritas juga membatasi kapasitas pemrosesan di pelabuhan.

Penutupan ini menyebabkan penundaan pengiriman besar-besaran di banyak pelabuhan utama China. Ini juga mengganggu pelayanan pelabuhan dan menaikkan biaya pengiriman yang sudah tinggi karena waktu tunggu di tempat berlabuh ikut 'melonjak'.

Guangdong merupakan pusat pengiriman utama yang menyumbang sekitar 24% dari total ekspor China. Ini juga merupakan rumah bagi pelabuhan Shenzhen dan pelabuhan Guangzhou, lokasi yang menurut World Shipping Council, merupakan terbesar ketiga dan terbesar kelima di dunia berdasarkan volume kontainer.

"Gangguan di Shenzhen dan Guangzhou benar-benar besar. Dengan sendiri, mereka akan memiliki dampak rantai pasokan yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Brian Glick, pendiri dan CEO Chain.io, kepada CNBC International, Selasa (15/6/2021).

"Pengiriman berada di 'perairan yang sama sekali belum dipetakan'," ujarnya lagi.

Hal senada juga dikatakan Wakil Presiden Solusi Intelijen di Everstream Analytics, Shehrina Kamal. Ia mengatakan pengirim yang tidak mampu membayar penundaan akan berupaya mengubah pola pengiriman dari angkutan laut menjadi angkutan udara, yang meningkatkan biaya pengiriman.

Saat ini, kata Kamal, waktu tunggu kapal untuk berlabuh di Terminal Kontainer Internasional Yantian di Shenzhen, misalnya, telah melonjak. Dari waktu tunggu rata-rata 0,5 hari menjadi 16 hari.

Ini menjalar ke pelabuhan terdekat saat operator mulai mengalihkan cara pengiriman. Pelabuhan Nansha di Guangzhou mengalami kemacetan dan penundaan kapal yang diperkirakan akan berlangsung hingga dua minggu ke depan.

Efek knock-on (kejadian yang mempengaruhi kejadian berikutnya) akan terbawa bahkan ke provinsi tetangga seperti Guangxi, Yunnan, Hunan, dan Hubei. Akibat krisis terbaru di China selatan ini, rantai pasokan global juga terganggu.

Saat pandemi muncul tahun lalu, ledakan pembelian menyebabkan peti kemas jatuh. Itu menyebabkan penundaan besar dalam pengiriman barang dari China ke Eropa dan Amerika Serikat serta menaikkan harga untuk bisnis dan konsumen.

Kemudian salah satu kapal kontainer terbesar di dunia, Ever Given, terjebak di Terusan Suez dan memblokir jalur perdagangan utama selama hampir seminggu. Sekitar 12% perdagangan global melewati Terusan Suez, di mana rata-rata lebih dari 50 kapal per hari melewatinya.

Insiden itu memicu krisis pengiriman global. Ini menahan US$ 9 miliar (Rp 128 triliun) dalam perdagangan internasional sehari.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Corona China 'Bangkit dari Kubur', 4 Provinsi Lockdown Kota

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular