Biaya Kontainer Ekspor Gila-Gilaan, Begini Respons Pemerintah

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku eksportir saat ini menghadapi kelangkaan kontainer yang berimbas pada biaya pengiriman yang melonjak selama pandemi. Hal ini sudah sering dikeluhkan pengusaha, apa tanggapan pemerintah khususnya kementerian perdagangan?
Wamendag Jerry Sambuaga mengakui kermasalahan kelangkaan dan tarif kontainer kapal tidak dapat dituntaskan sendirian oleh Kementerian Perdagangan, sehingga pihaknya akan terus intens berkomunikasi dengan Kementerian Perhubungan dan lobi-lobi perjanjian dagang internasional.
"Ini butuh dukungan semua pihak, saya ingin sampaikan bahwa bukan hanya Indonesia yang mengalami kesulitan soal kontainer, hampir semua negara seperti itu. Dan ini koordinasi lintas Kementerian, misalnya dengan Kementerian Perhubungan," kata Jerry, Jumat (11/6).
Presiden Direktur PT Sun Paper Source Ventje Hermanto mengemukakan dua poin penting tantangan yang dihadapi saat ini, yakni masalah kenaikan freight dan kelangkaannya, serta regulasi impor bahan baku.
"Tentu ini akan membuat harga tisu menjadi tidak kompetitif dibanding negara lain yang masih rendah harga freight-nya. Daya saing jadi berkurang di pasar global ," jelas Ventje.
Peluang Tisu di Pakistan
Kementerian Perdagangan sedang mengincar pasar non tradisional untuk meningkatkan pasar ekspor, salah satunya mengarah pada Pakistan. Wamendag menyebut perlu ada diversifikasi ekspor baik dari segi tujuan maupun jenis produk, salah satunya dilakukan melalui perjanjian perdagangan.
"Terkait pengembangan pasar ekspor ke Pakistan, kita akan mendorong ekspor tisu ke Pakistan. Kita berharap mendapat tarif 0 persen karena adanya perjanjian perdagangan," sebutnya.
Perjanjian perdagangan bakal memberikan insentif, baik dari sisi tarif maupun nontarif terhadap banyak sekali produk ekspor Indonesia. Salah satu produk yang mendapat benefit dari perjanjian perdagangan adalah tisu.
Jerry melepas produk tisu PT Sun Paper Source sebesar 130 ton ke Amerika Serikat, Jerman, Jepang, Tiongkok, dan Australia, di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Kamis (10/6).
Laporan Fastmarket RISI 2021, menyebutkan kenaikan ekspor tisu secara nasional dari Indonesia sebanyak 122.000 ton (18%). Dari 676.000 ton pada 2019 menjadi 798.000 ton pada 2020. Produk tisu dalam bentuk parent roll buatan Indonesia mendominasi di Asia Pasifik.
Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia, Mahendra Rianto mengatakan eksportir yang paling terdampak adalah eksportir kecil seperti UMKM, biaya logistik bisa lebih mahal dibandingkan harga jual produknya.
"Harga per kontainer melebihi Rp 50 juta yang biasanya di bawah Rp 20 juta, naiknya gila-gilaan membuat kita sulit ekspor," jelasnya
[Gambas:Video CNBC]
Ada Kabar Baik! Kelangkaan Kontainer Eksportir Bakal Berakhir
(hoi/hoi)