Biaya Kontainer Ekspor Gila-Gilaan, Begini Respons Pemerintah

News - Ferry Sandi, CNBC Indonesia
11 June 2021 20:22
Sejumlah truk bongkar muat melintas di kawasan Tj Priok, Jakarta, Jumat, 11/6. Praktik pungutan liar (pungli) hingga saat ini masih merajalela di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Seperti pengakuan beberapa supir kepada Presiden Joko Widodo, Kamis (11/6/2021), saat kunjungan ke pelabuhan utama Indonesia ini kemarin.
Para pekerja kerah biru ini mengeluhkan, bukan terkait masalah beratnya pekerjaan yang digelutinya, melainkan aksi premanisme juga pungutan liar yang kerap terjadi. Dia berharap, pihak aparat bisa lebih memperketat pengamanan area pelabuhan. Selain itu, pihaknya juga berharap ada transparansi biaya pelabuhan untuk semua aktivitas.

Dari dialog yang dilakukan supir truk dengan Presiden Joko Widodo kemarin, praktik premanisme terjadi saat keadaan jalan sedang macet di mana preman naik ke atas truk, lalu menodongkan celurit kepada supir untuk dimintai uang.

Adapun pungli terjadi di sejumlah depo. Pengemudi truk dimintai uang Rp 5.000 - Rp 15.000 supaya bongkar muat bisa lebih dipercepat pengerjaannya. Jika tidak dibayar, maka pengerjaan bongkar muat akan diperlambat. Hal ini terjadi di Depo PT Greating Fortune Container dan PT Dwipa Kharisma Mitra Jakarta. 
Pantauan CNBC Indonesia dilapangan saat di kawasan JICT tampak jarang hampir tak terlihat himbauan banner stop pungli diarea tempat keluarnya truk.

Suasana dipinggir jalan kawasan Tj Priok arah Cilincing juga tak terlihat para kenek parkir di pinggir jalan semenjak ramenya kasus pungli. Foto: Suasana Tanjung Priok, Jakarta Utara (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku eksportir saat ini menghadapi kelangkaan kontainer yang berimbas pada biaya pengiriman yang melonjak selama pandemi. Hal ini sudah sering dikeluhkan pengusaha, apa tanggapan pemerintah khususnya kementerian perdagangan?

Wamendag Jerry Sambuaga mengakui kermasalahan kelangkaan dan tarif kontainer kapal tidak dapat dituntaskan sendirian oleh Kementerian Perdagangan, sehingga pihaknya akan terus intens berkomunikasi dengan Kementerian Perhubungan dan lobi-lobi perjanjian dagang internasional.

"Ini butuh dukungan semua pihak, saya ingin sampaikan bahwa bukan hanya Indonesia yang mengalami kesulitan soal kontainer, hampir semua negara seperti itu. Dan ini koordinasi lintas Kementerian, misalnya dengan Kementerian Perhubungan," kata Jerry, Jumat (11/6).

Presiden Direktur PT Sun Paper Source Ventje Hermanto mengemukakan dua poin penting tantangan yang dihadapi saat ini, yakni masalah kenaikan freight dan kelangkaannya, serta regulasi impor bahan baku.

"Tentu ini akan membuat harga tisu menjadi tidak kompetitif dibanding negara lain yang masih rendah harga freight-nya. Daya saing jadi berkurang di pasar global ," jelas Ventje.

Peluang Tisu di Pakistan

Kementerian Perdagangan sedang mengincar pasar non tradisional untuk meningkatkan pasar ekspor, salah satunya mengarah pada Pakistan. Wamendag menyebut perlu ada diversifikasi ekspor baik dari segi tujuan maupun jenis produk, salah satunya dilakukan melalui perjanjian perdagangan.

"Terkait pengembangan pasar ekspor ke Pakistan, kita akan mendorong ekspor tisu ke Pakistan. Kita berharap mendapat tarif 0 persen karena adanya perjanjian perdagangan," sebutnya.

Perjanjian perdagangan bakal memberikan insentif, baik dari sisi tarif maupun nontarif terhadap banyak sekali produk ekspor Indonesia. Salah satu produk yang mendapat benefit dari perjanjian perdagangan adalah tisu.

Jerry melepas produk tisu PT Sun Paper Source sebesar 130 ton ke Amerika Serikat, Jerman, Jepang, Tiongkok, dan Australia, di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Kamis (10/6).

Laporan Fastmarket RISI 2021, menyebutkan kenaikan ekspor tisu secara nasional dari Indonesia sebanyak 122.000 ton (18%). Dari 676.000 ton pada 2019 menjadi 798.000 ton pada 2020. Produk tisu dalam bentuk parent roll buatan Indonesia mendominasi di Asia Pasifik.

Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia, Mahendra Rianto mengatakan eksportir yang paling terdampak adalah eksportir kecil seperti UMKM, biaya logistik bisa lebih mahal dibandingkan harga jual produknya.

"Harga per kontainer melebihi Rp 50 juta yang biasanya di bawah Rp 20 juta, naiknya gila-gilaan membuat kita sulit ekspor," jelasnya


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Ada Kabar Baik! Kelangkaan Kontainer Eksportir Bakal Berakhir


(hoi/hoi)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading