Internasional

Ekonomi China Boleh Saja Tumbuh Mentereng, Tapi Ada Bubble!

Tirta, CNBC Indonesia
11 June 2021 15:20
China
Foto: Reurters

Bagaimanapun juga meningkatnya risiko di sektor keuangan China akibat kenaikan harga aset properti perlu diperhatikan. Pemerintah kemungkinan bakal lebih ketat mengatur penyaluran kredit ke sektor real estate.

Peningkatan suku bunga juga bisa menjadi opsi untuk mengendalikan aksi spekulasi di sektor properti. Namun di saat yang sama juga meningkatkan ketegangan di sektor finansialnya. 

Dampak dari bubble properti di China bisa terjadi lewat dua jalur. Pertama adalah dampaknya terhadap output dan kedua adalah lewat jalur keuangan. Peningkatan suku bunga memberi arti bahwa perekonomian China sedang direm. Artinya akan ada perlambatan dari sisi output. 

Kedua meningkatnya risiko gagal bayar surat utang China akan membuat investor meminta kompensasi lebih atas risiko yang ditanggung. Hal ini akan berdampak pada kenaikan imbal hasil (yield) surat utangnya. 

Sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, krisis di China apabila terjadi maka akan berdampak meluas dan dirasakan oleh negara-negara lain terutama yang memiliki hubungan erat. Salah satunya adalah Indonesia. 

Bagi Indonesia, China adalah mitra penting karena selain menjadi kreditor dan investor, Negeri Panda juga berperan sebagai destinasi ekspor berbagai produk Indonesia. Setiap penurunan 1% ekonomi China disebut akan menyebabkan koreksi pada perekonomian domestik sebesar 0,3%. 

Di sisi lain peningkatan yield surat utang di China juga akan diikuti oleh meningkatnya yield surat utang di negara-negara emerging market lain termasuk Indonesia. Peningkatan yield tentu saja menjadi risiko bagi pembiayaan dan anggaran pemerintah Indonesia. 

Well, dari China kita belajar bahwa pertumbuhan ekonomi tidak selalu berbarengan dengan stabilitas. Tanpa stabilitas pertumbuhan ekonomi jangka panjang akan terganggu. 

(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular