
Meski Naik, Harga BBM Malaysia Tetap Lebih Murah dari RI lho

Jakarta, CNBC Indonesia - Melonjaknya harga minyak mentah dunia tak ayal turut membuat Malaysia mengambil keputusan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) untuk salah satu jenis bensin.
Harga bensin yang dinaikkan adalah bensin dengan nilai oktan (Research Octane Number/ RON) 97 dengan kenaikan sebesar 2 sen dari RM 2,63 atau sekitar Rp 9.108 (asumsi Rp 3.463 per ringgit) menjadi RM 2,65 atau sekitar Rp 9.177 per liter.
Meski sudah naik, namun masih saja harga BBM Malaysia tersebut jauh lebih murah daripada Indonesia. Bensin RON 97 yang dijual di Malaysia tersebut hampir setara dengan Pertamax Turbo RON 98 milik PT Pertamina (Persero). Di DKI Jakarta, harga Pertamax Turbo ini dijual dengan harga Rp 9.850 per liter. Itu pun belum ada kenaikan harga sejak awal tahun ini.
Bahkan, bila dibandingkan dengan Shell yang menjual Shell Vpower Nitro+ setara RON 98, harga jual di Jakarta kini telah mencapai Rp 11.400 per liter atau untuk Shell V-Power dengan RON 95 seharga Rp 11.050 per liter.
Begitu juga dengan badan usaha niaga retail BBM lainnya di dalam negeri seperti BP-AKR yang menjual bensin RON 95 saja sudah menyentuh Rp 9.650 per liter, Vivo untuk Revvo 95 (setara RON 95) seharga Rp 10.850 per liter.
Lalu, apa yang menyebabkan harga bensin di Malaysia bisa jauh lebih murah dibandingkan Indonesia?
Anggota Tim Reformasi & Tata Kelola Migas (2014-2015) Fahmy Radhi mengatakan, penetapan harga BBM di Malaysia berdasarkan pada harga minyak dunia, sehingga pada saat harga minyak dunia rendah, harga BBM di Malaysia diturunkan beberapa kali.
"Saat ini, harga minyak dunia naik, maka harga BBM Malaysia dinaikkan," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (10/06/2021).
Masih mahalnya harga BBM Indonesia dibandingkan dengan Malaysia meski mereka sudah menaikkan harga, menurutnya ini mengindikasikan bahwa adanya inefisiensi pengelolaan BBM, terutama masih tingginya impor BBM. Alhasil, harga BBM di Indonesia kemahalan di mana mahalnya harga minyak ini juga harus ditanggung oleh konsumen.
"Kemahalan harga itu menunjukkan inefisiensi pengelolaan BBM disebabkan oleh impor BBM masih tinggi akibat keterbatasan kilang," jelasnya.
Di sisi lain, pemerintah Malaysia juga memberikan subsidi terhadap produk BBM yang di Indonesia termasuk kategori non subsidi ini. Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro.
Komaidi menyampaikan bahwa pemerintah Malaysia memberikan subsidi BBM yang lebih besar jika dibandingkan dengan Indonesia. Tidak hanya BBM saja, tapi juga gas dan listrik.
"Pemerintah Malaysia memberikan subsidi BBM yang lebih besar dibanding Indonesia," tuturnya.
Hal senada diungkapkan Mantan Gubernur Indonesia untuk OPEC, Widhyawan Prawiraatmadja. Dia mengatakan, Malaysia maupun Indonesia mengadopsi harga BBM yang ditentukan oleh negara, biasa disebut administered pricing.
"Hal ini lebih terkait dengan kebijakan subsidi di mana pada saat harga minyak di pasar global lebih tinggi dari harga yang ditentukan oleh pemerintah, jadi tidak ada hubungannya dengan efisiensi kilang," jelasnya.
Perlu diketahui, di sisi lain Malaysia tidak mengubah harga bensin RON 95 dan diesel yang masing-masing kini seharga RM 2.05 (Rp 7.099) dan RM 2.15 (Rp 7.446) per liter.
Kementerian Keuangan Malaysia juga mengatakan bahwa untuk melindungi konsumen dari kenaikan harga minyak global, pemerintah akan mempertahankan harga tertinggi saat ini untuk bensin RON 95 pada RM 2,05 per liter dan solar pada RM 2,15 per liter, meskipun ada kenaikan harga pasar.
"Pemerintah akan terus memantau tren harga minyak mentah global dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memastikan kesejahteraan dan kesejahteraan rakyat yang berkelanjutan," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan pada Rabu (9/6/2021).
Sementara itu, dari pihak PT Pertamina (Persero) menyampaikan bahwa saat ini perseroan sedang melakukan evaluasi terkait harga BBM.
Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Subholding Commercial & Trading Pertamina, Putut Andriatno, mengatakan evaluasi tengah dilakukan oleh tim manajemen Pertamina.
"Sedang dievaluasi oleh tim manajemen pertamina terkait pricing tersebut, segala kemungkinan tergantung hasil evaluasi tersebut," ungkapnya.
Putut menyebut Pertamina sampai saat ini masih menerapkan penetapan harga BBM non subsidi per dua minggu sekali untuk sektor industri. Tapi untuk sektor retail (penjualan di SPBU), Pertamina harus melapor kepada pemerintah terlebih dahulu.
"Untuk sektor industri kami masih menerapkan, tapi di sektor retail kami harus melaporkan ke pemerintah," terkait periode perubahan harga BBM non subsidi.
Terkait masih lebih mahalnya harga BBM di Indonesia dibandingkan dengan harga BBM di Malaysia ini, dia mengatakan bahwa harga BBM di Indonesia ditetapkan berdasarkan formula yang ditetapkan oleh Kementerian ESDM.
"Saya kurang tahu formula dari Malaysia, jadi perbedaan harga akan terjadi antara Indonesia dan Malaysia," ucapnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tren Minyak Meningkat, Harga BBM Shell Cs Naik Sejak April
