
Trump 'Kompor' Suruh AS Tak Bayar Utang ke China, Emang Bisa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan presiden Amerika Serikat ke-45 Donald Trump kembali 'nyeletuk' soal China. Trump mengatakan bahwa seharusnya China membayar AS untuk penanganan kasus Covid-19 yang menurutnya merupakan ulah Negeri Panda.
Hal tersebut disampaikan oleh mantan taipan properti AS sekaligus politikus Partai Republik di konvesi Partai Republikan di Greenville North Carolina. Trump menuntut Negeri yang dipimpin oleh Xi Jinping itu membayar AS dan negara lain senilai US$ 10 triliun untuk ganti rugi dampak Covid-19 yang menyebabkan resesi global tahun lalu.
Jika dihitung-hitung, nilai tersebut setara dengan hampir 10 kali output perekonomian Indonesia, 69% PDB China dan 50% total pendapatan nasional Amerika Serikat dan seperdelapan total output global secara nominal.
Bahkan satu tahun lalu Trump menyampaikan proposal yang ekstrem dan sulit diterima nalar karena tak mau membayar utang AS kepada China yang nilainya mencapai US$ 1 triliun tersebut.
Tak hanya itu lewat perdagangan saja, hubungan AS dengan China juga terjalin melalui aliran investasi. Tak bisa dipungkiri, China merupakan investor strategis bagi AS. Hingga akhir tahun lalu investor China memegang lebih dari US$ 1 triliun surat utang pemerintah AS.
Nilai tersebut hampir setara dengan nilai US Treasury yang dipegang oleh investor-investor dari Jepang. Bahkan nilainya setara dengan output perekonomian Indonesia dalam satu tahun. Jadi, sekali lagi memutus hubungan dagang hingga investasi bukanlah hal yang mudah.
Selain ini merupakan hal yang sulit diterima, proposal tersebut juga hanya akan berdampak negatif terhadap sistem keuangan di AS sendiri. Analis menilai bahwa jika proposal itu disetujui maka hanya akan menimbulkan kekacauan di sistem finansial AS.
Trump bergabung dengan para politisi partai Republik lain yang mengkritik Fauci soal meminta menggunakan masker dan kadang-kadang skeptis virus itu lolos dari laboratorium Wuhan. Hingga saat ini masalah asal usul virus masih jadi bahan perdebatan dan dalam penelitian badan intelijen AS.
Pandemi sendiri menyerang AS pada tahun terakhir kepemimpinan Trump. Penanganannya sendiri, di mana hampir 600 ribu meninggal hingga dia sendiri terinfeksi merupakan faktor kekalahan Trump saat pemilihan presiden AS November 2020 melawan Joe Biden.
Dalam kesempatan yang sama, ketua partai Republik North Carolina, Michael Whatley menyebut Trump sebagai 'presiden kami'. Nampaknya sebagai bentuk persetujuan atas klaim tak berdasar mantan presiden itu bahwa pemilu 2020 telah dicuri yang juga disebut sebagai 'kejahatan abad ini'.
Selain soal penangan pandemi, acara tersebut juga menyinggung soal penyelidikan kantor jaksa agung New York. Trump menyebutnya sebagai 'ekspedisi penangkapan ikan utama'.
Penyelidikan itu jadi upaya terbaru partai Demokrat menjatuhkannya setelah dua pemakzulan saat dirinya masih jadi presiden, ungkap Trump. Menurutnya mereka tak akan berhenti hingga 2024.
Sebelumnya jaksa agung New York, Letitia James mengumumkan telah menyelidiki soal Trump Organization. Yakni apakah lembaga itu telah salah melaporkan nilai propertinya untuk mengamankan pinjaman dan memperoleh manfaat ekonomi dan pajak.
(twg/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh, Donald Trump Diancam Diculik & Dibunuh