
Penjualan Solar DEX Pertamina Naik 10X Lipat dari 2019

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Pengembangan Bisnis PT Pertamina Putra Niaga, Mars Ega Legowo Putra mencatat penjualan pertamina DEX mengalami peningkatan signifikan dibanding tahun 2019 mencapai 10 Kali lipat.
"Gas oil di jenis non subsidi seperti DEX naik signifikan. Tahun 2019 rata-rata harian 0,3 juta liter sekarang 3 juta liter per hari. Ini peningkatan 10 kali lipat lipat," ujarnya pada Energy Corner "Biodiesel untuk Kemandirian Energi" di Jakarta, Senin (7/6/2021).
Dia menegaskan, Pertamina mendukung pemerintah dalam penyaluran Biodiesel sejak 2006. Kala itu, pada 2006, penggunaan biodiesel masih sangat minim hanya 0,11 juta KL.
"Tren pertumbuhan sampai 2020 naik signifikan. Pada 2021, diperkirakan bisa mencapai 81 juta KL," tuturnya.
Selanjutnya, efek saat pandemi tepatnya pada pertengahan 2020 sampai akhir tahun ada pengurangan konsumsi BBM, justru penjualan biodiesel terus mengalami kenaikan. Bahkan, trennya menurut dia mendekati saat 2019 saat belum pandemi.
Saat ini, Pertamina memiliki 114 terminal dalam mendukung penggunaan bio solar. Awalnya hanya ada 69 lokasi kini semakin ditingkatkan jumlahnya. "Saat ini ada 114 lokasi. Ini untuk memperkuat penyaluran biodiesel ke depannya," pungkas dia.
Informasi saja, Pertamina terus berupaya meningkatkan pasokan diesel berbasis minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/ CPO) atau dikenal dengan istilah green diesel (D100) dari kilang di dalam negeri, sehingga bisa menjamin keberlanjutan program biodiesel dan konsisten mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM).
Selain memiliki terminal pencampuran biodiesel yakni untuk mencampur diesel berbasis minyak fosil dan bahan bakar nabati berupa Fatty Acid Methyl Esters (FAME), Pertamina juga akan memproduksi green diesel langsung dari kilang BBM perseroan.
Saat ini Pertamina mengoptimalkan tiga kilang minyak yang telah ada untuk juga memproduksi green diesel, antara lain Kilang Dumai, Riau, Kilang Plaju, Sumatera Selatan, dan Kilang Cilacap, Jawa Tengah.
Kilang Cilacap untuk tahap awal memproduksi sekitar 3.000 barel per hari (bph) green diesel, namun untuk fase kedua nantinya bisa naik menjadi 6.000 bph. Lalu, Kilang Plaju memproduksi 20 ribu bph. Sementara Kilang Dumai kini telah memproduksi sekitar 1.000 bph green diesel (D100).
Sementara untuk pengembangan terminal biodiesel, dia mengatakan, perseroan berinvestasi sekitar Rp 200 miliar untuk pengembangan inventori FAME. Saat ini perseroan memiliki 114 terminal pencampuran biodiesel, di mana di Indonesia Timur terdapat 30 titik pencampuran biodiesel.
(yun/yun)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kementerian ESDM Pastikan Biodiesel Mampu Jadi EBT Masa Depan