
Ancaman Ekonomi Mengintai Tahun Depan & Strategi Pemerintah

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Nathan Kacaribu mengungkapkan perkembangan global terus menjadi perhatian pemerintah. Termasuk, peningkatan inflasi di Amerika Serikat (AS) yang bisa berujung pada kenaikan tingkat suku bunga dari Bank Sentral AS The Fed.
Febrio mengungkapkan bahwa kenaikan inflasi di AS saat ini sudah mulai menimbulkan kekhawatiran para pelaku ekonomi. Banyak yang beranggapan Bank Sentral AS mulai memikirkan kenaikan suku bunga acuan, seiring pulihnya ekonomi negara adidaya tersebut.
"Inflasi di AS ini terus menguat dan ekspektasi inflasi ini yang kita waspadai dapat dan sudah mulai menunjukan kekhawatiran di pasar," ujar Febrio dalam video conference, dikutip Senin (7/6/2021).
"Meski belakangan ini mulai membaik bahwa dikhawatirkan ekspektasi inflasi ini akan mendorong The Fed untuk mulai menaikkan tingkat suku bunga. Nah ini risiko yang harus diwaspadai," kata Febrio melanjutkan.
Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Hidayat Amir juga mengatakan bahwa fenomena taper tantrum seperti yang terjadi pada 2013 menjadi pengalaman penting. Pihaknya kini menyiapkan antisipasi.
Terbaik saat ini, kata Hidayat, adalah menciptakan kebijakan yang terukur, forward looking. Serta memberikan sinyal kepada publik. Bentuk sinyalnya adalah menyiapkan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) 2022, proyeksi yang akan terjadi dan merespon kebijakannya.
Melihat tren aktivitas ekonomi saat ini, kata Hidayat kuartal II-2021 diperkirakan sudah bergerak ke arah pertumbuhan ekonomi yang positif, walaupun masih ada ketidakpastian.
"Ini sudah tiga minggu, mudah-mudahan gak ada sesuatu yang luar biasa. Kalau ada kejadian luar biasa, cerita bisa berubah. Ekonomi akan terus kita jalankan dan reform akan kita lakukan dengan baik," tuturnya.
Berikut KEM PPKF 2022:
- Pertumbuhan ekonomi 5,2%-5,8%
- Inflasi 2%-4%
- Tingkat bunga SUN 10 tahun 6,32 - 7,27%
- Rupiah Rp 13.900/US$ - Rp 15.000/US$
- ICP US$ 55 - US$ 65 per barrel
- Lifting minyak bumi 686 ribu barel per hari - 726 ribu barel per hari
- Lifting gas 1,03 juta barel setara minyak per hari - 1.1 juta barel setara minyak per hari.
"Ini masih akan kita bahas, dalam proses pembahasan ini. Defisit APBN 2022 yang ditetapkan 4,51% sampai 4,85% itu rentang yang realistik," ujar Amir lagi.
[Gambas:Video CNBC]