Tantang Biden, Putin Singkirkan Dolar AS di SWF Rusia!

Tommy Sorongan, CNBC Indonesia
04 June 2021 17:20
lustrasi bendera Rusia - Amerika Serikat. AP/
Foto: lustrasi bendera Rusia - Amerika Serikat. AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Rusia yang berada dalam naungan Presiden Vladimir Putin mengumumkan akan segera mendepak Dollar Amerika Serikat (AS) dari lembaga pengelolaan dana abadinya sebagai bagian dari perlawanan Moskow terhadap sanksi Washington.

Mengutip Russia Today, Menteri Keuangan Anton Siluanov mengatakan bahwa Dana Kekayaan Nasional akan mengurangi aset Dollar AS menjadi nol dalam bulan depan. Selain itu ia juga menginstruksikan Bank Sentral Rusia untuk melakukan hal yang sama.

Berdasarkan rencana, proporsi dolar dalam dana tersebut akan turun dari 35% menjadi nol, sementara aset yang disimpan dalam euro dan yuan China akan meningkat masing-masing menjadi 40% dan 30%. Pangsa pound Inggris akan berkurang setengahnya, dari 10% menjadi 5%.

Untuk menggantikan kepemilikan dollar, Kementerian Keuangan akan mulai menggantinya dengan emas. Selain emas, mereka juga akan meningkatkan portfolionya pada logam mulia.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mendukung keputusan tersebut, dengan mengatakan bahwa saat ini seluruh dunia sudah mulai berpikir untuk melakukan de dolarisasi

"Ketergantungan finansial terhadap Washington telah berlangsung tidak hanya di negara kita, tetapi juga di banyak negara di dunia, yang mulai mengalami kekhawatiran tentang keandalan mata uang cadangan utama," tambahnya.

Rusia telah memperjuangkan dorongan menjauh dari penggunaan dolar sebagai mata uang default perdagangan dan transaksi global. Juni lalu, Sergey Naryshkin, kepala dinas intelijen luar negeri Moskow, SVR, mengatakan bahwa "tampaknya membingungkan bahwa AS terus menjadi pemegang mata uang cadangan utama sementara berperilaku begitu agresif dan tak terduga."

"Posisi monopoli dolar dalam hubungan ekonomi internasional telah menjadi anakronistik. Secara bertahap, dolar menjadi beracun," pungkasnya.

Perekonomian Rusia diketahui saat ini sudah mulai menunjukkan tanda-tanda overheat. Hal ini terlihat dari inflasi yang cukup tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang tidak merata di setiap sektor. Hal ini diperparah dengan sanksi-sanksi yang dijatuhkan AS.

Washington sendiri mulai memberikan sanksi kepada Rusia sejak 2014 setelah aneksasi Krimea. Selanjutnya, sanksi-sanksi tambahan diberikan terkait dengan dugaan campur tangan Kremlin pada pemilu AS 2016 dan 2020 serta serangan siber SolarWinds.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Biden Sebut Putin Pembunuh, Rusia Tarik Dubes dari Washington

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular