Eks Bos SEC Sebut Investor Kripto Penyebar Ransomware

chd, CNBC Indonesia
04 June 2021 11:23
Representation of the Bitcoin virtual currency standing on the PC motherboard is seen in this illustration picture, February 3, 2018. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Foto: REUTERS/Dado Ruvic

Jakarta, CNBC Indonesia - Tak sedikit pihak yang mengira bahwa investor di kripto telah mengaktifkan virus malware atau ransomware selama ini.

Seperti yang dikatakan oleh founder Komisi Sekuritas dan Bursa (Securities and Exchange Commission) Internet Amerika Serikat (AS), di mana ia beranggapan bahwa investor di Bitcoin dan mata uang kripto lainnya telah memberdayakan peretas online.

"Ransomware menyerang di mana-mana dan mereka semua meraup keuntungan dalam Bitcoin serta mereka tidak mudah tertangkap. Jadi Anda juga mengaktifkannya," kata John Reed Stark, Mantan Kepala SEC Internet yang kini menjadi Kepala konsultan keamanan siber, kepada CNBC "Squawk on the Street."

Stark beranggapan bahwa kripto hampir tidak memiliki kegunaan praktis dan ia menyamakan perdagangan di dalamnya dengan spekulasi yang baru-baru ini membawa AMC Entertainment dan saham meme lainnya ke tingkat yang luar biasa.

Kripto juga tidak memiliki legalitas dan persyaratan lain yang membawa transparansi lebih ke pasar modal AS.

"Setidaknya dengan GameStop dan AMC Anda tidak harus menyakiti siapa pun. ... Tetapi dengan kripto, Anda benar-benar menyakiti banyak orang dan risiko semacam itu menurut saya tidak baik untuk masyarakat," kata Stark, dikutip dari CNBC International.

Dia juga menyebut kripto sebagai bagian dari ransomware, sejenis virus malware berbahaya yang dapat mengganggu dan bahkan memblokir jaringan komputer.

Terbaru, serangan siber menyerang JBS Brazil, pusat pengepakan daging terbesar di Brazil, bahkan di dunia. Namun kini, JBS telah memulai kembali sebagian besar produksinya setelah serangan ransomware tersebut akhir pekan lalu. JBS pun menyalahkan peretas yang memiliki hubungan dengan Rusia.

Hal ini menjadi catatan terburuk dalam serangan siber pada tahun ini, di mana sudah sekitarnya ada 4 kasus serangan siber yang menyerang tempat-tempat strategis dan penting di beberapa negara.

Sebelumnya pada April lalu, jalur pipa distribusi minyak terbesar di AS, Colonial Pipeline menjadi yang pertama dalam rentetan kasus serangan siber pada tahun ini.

Pihak jalur pipa terbesar itu mengaku telah membayar tebusan dari para hacker setelah operasinya ditutup selama hampir sepekan.

FBI yakin kelompok yang memiliki hubungan dengan Rusia bernama DarkSide melakukan serangan terhadap Colonial Pipeline, yang membayar hingga US$ 5 juta untuk memulihkan layanan. DarkSide kemudian menutup akunnya setelah mengumpulkan US$ 90 juta pembayaran dalam bentuk kripto.

"Negara ini agak berantakan karena aksi ransomware yang dipicu oleh dukungan kripto, dan alasan utama orang memiliki kripto adalah karena mereka pikir orang lain akan membelinya dan membuat harganya lebih tinggi. tidak ada alasan lain untuk berinvestasi di dalamnya," katanya Stark, dilansir dari CNBC International.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kripto Senilai US$600 Juta Dicuri! Pasar dalam Zona Merah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular