Alert! Ada Tanda-tanda Ekonomi Rusia akan Alami Overheating

Tommy Sorongan, CNBC Indonesia
03 June 2021 19:42
Gedung Kremlin di Moskow, Rusia
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Rusia diprediksi akan mengalami overheat menyusul terjadinya beberapa fenomena di dalam pertumbuhan ekonominya.

Mengutip CNBC International, Menteri Keuangan Anton Siluanov pada Kamis (3/6/2021) menyatakan bahwa tanda ini terlihat dari catatan inflasi tahunan saat ini mencapai 5,9% .

"Jika kita terus meningkatkan pengeluaran, apa yang akan kita dapatkan? Terlalu panas. Unsur-unsur overheating sudah terlihat, salah satunya inflasi tinggi," kata Siluanov di Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg.

Inflasi harga barang konsumen kembali meningkat di bulan Mei, naik dari 5,5% di bulan April. Awal pekan ini Gubernur Bank Sentral Rusia Elvira Nabiullina mengatakan bahwa inflasi semakin cepat namun ia menilai bahwa inflasi ini tidak begitu berbahaya karena permintaan konsumen yang juga meningkat.

"Dalam kasus kami, ini berbeda," kata Nabiullina kepada CNBC

"Kami pikir tekanan inflasi di Rusia tidak sementara, tidak sementara. Kami melihat faktor yang lebih persisten, faktor moneter, itu sebabnya kami mulai menaikkan suku bunga kembali ke level netral."

Pada hari Rabu (1/6/2021), bank sentral Rusia mengeluarkan buletin yang mencatat bahwa ekonomi terus tumbuh pada kuartal kedua dan bahwa produk domestik bruto dapat mencapai tingkat sebelum pandemi pada pertengahan 2021.

Sementara itu para investor diprediksi akan memantau ke pertemuan bank sentral berikutnya pada 11 Juni mendatang untuk melihat apa yang terjadi selanjutnya, dengan spekulasi bahwa bank akan menaikkan suku bunga sebanyak 50 basis poin dari level saat ini 5%. Sementara target inflasi bank akan menjadi 4%.

Di sisi lain, analis menilai pertumbuhan ekonomi masih tidak merata. Industri yang berfokus pada ekspor serta sektor jasa telah pulih lebih cepat dari sektor lainnya selama beberapa bulan terakhir.

Selain itu, sanksi yang diterapkan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya kepada Moskow juga menjadi sebuah beban kemajuan baru bagi pertumbuhan ekonomi Rusia.

"Sanksi AS adalah risiko yang terus-menerus bagi Rusia," ujar Nabiullina.

Washington sendiri mulai memberikan sanksi kepada Rusia sejak 2014 setelah aneksasi Krimea. Selanjutnya, sanksi-sanksi tambahan diberikan terkait dengan dugaan campur tangan Kremlin pada pemilu AS 2016 dan 2020 serta serangan siber SolarWinds.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perang di Ukraina Picu Ekonomi Rusia, AS dan Eropa 'Berdarah'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular