
Di Depan DPR, Menlu Retno Pastikan Posisi RI Soal Palestina!

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Lestari Priansari Marsudi menegaskan Indonesia tetap konsisten dalam mendukung kemerdekaan Palestina. Hal ini diungkapkannya dalam rapat kerja bersama Komisi I DPR RI pada Kamis (3/6/2021).
"Posisi Indonesia tetap konsisten, terus mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina. Konsistensi ini bukan hal yang mudah. Di tengah terjadinya banyak perubahan, termasuk diantara negara-negara Arab," ujar Retno.
Menurut Retno, Indonesia termasuk Indonesia termasuk salah satu negara yang aktif mendorong solidaritas dan dukungan dari Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Gerakan Non-Blok (GNB), dan Dewan HAM mengenai kekerasan yang menimpa Palestina pada Mei 2021.
"Mengingat Dewan Keamanan PBB belum dapat bertindak banyak, maka Indonesia termasuk negara yang mendorong dilakukannya pertemuan Majelis Umum PBB khusus membahas isu Palestina," katanya.
Pertemuan Majelis Umum PBB digelar di New York, Amerika Serikat pada 20 Mei 2021 lalu. Ini menjadi pertemuan dihadiri Menlu dari berbagai negara secara langsung selama masa pandemi Covid-19.
"Hal ini menunjukkan urgensi dari isu yang dibahas. Kami termasuk satu dari 11 Menlu yang hadir dalam pertemuan, termasuk Menlu Palestina, Turki, Arab Saudi, Qatar, Tunisia, Aljeira, Maldives, Kuwait, Pakistan, dan Jordan," katanya.
Retno mengatakan setidaknya ada tiga hal yang Indonesia tekankan dalam pertemuan Majelis Umum PBB saat itu, yakni pentingnya gencatan senjata; bantuan kemanusiaan dan meminta Israel untuk membuka akses kemanusiaan; dan pentingnya negosiasi multilateral yang kredibel untuk menyelesaikan isu utama, yaitu kemerdekaan Palestina berdasarkan two-state solution.
"Gencatan senjata telah terjadi, pressure internasional agar semua pihak dapat menghormati gencatan senjata perlu terus dilakukan. Mengenai bantuan kemanusiaan dalam pertemuan Sekjen PBB pada 21 Mei akan dilakukan penggalangan dana untuk membangun kembali Gaza," katanya.
"Tantangan paling besar saat ini adalah bagaimana memastikan siklus kekerasan tidak terjadi kembali dan perundingan dapat segera dilakukan," pungkasnya.
Kekerasan yang terjadi antara Israel dan Hamas selama 11 hari pada bulan Mei telah memakan korban yang sangat besar. Sebanyak 243 orang meninggal, 100 diantaranya perempuan dan anak-anak.
Kekerasan tersebut merupakan lingkaran kekerasan yang kesekian kali antara kedua pihak. Inti masalah tersebut merupakan okupasi atau pendudukan Israel atas tanah Palestina yang belum dapat diselesaikan hingga kini.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Minta Dukungan Uni Eropa Soal Palestina & Myanmar!