Menteri ESDM Buka-bukaan Soal Skema Subsidi LPG-Listrik 2022

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
02 June 2021 16:22
PLN
Foto: PLN

Pandemi Mengubah Data Penerima Subsidi

Subsidi listrik tahun depan diusulkan sebesar Rp 61,83 triliun, naik jika dibandingkan dengan anggaran subsidi listrik pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 sebesar Rp 59,20 triliun.

Agar penyaluran subsidi listrik juga lebih tepat sasaran, maka menurutnya juga diperlukan penyempurnaan data penerima subsidi listrik. Untuk subsidi listrik, imbuhnya, sudah ada DTKS yang sudah diverifikasi. Namun, pemutakhiran data menurutnya akan selalu dilakukan.

Dia mengatakan, bila data golongan pelanggan 450 Volt Ampere (VA) dan 900 VA dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) sudah dipilah, maka subsidi listrik bisa turun menjadi Rp 39,5 triliun.

"Terjadinya pandemi menimbulkan perubahan status (status ekonomi masyarakat). Kami koordinasi dengan kementerian terkait, kami tetap mengacu data Kemensos, data DTKS," ucapnya.

Arifin mengatakan, dengan penyempurnaan data penerima subsidi, maka diharapkan akan berdampak kepada penghematan subsidi yang terus membesar tiap tahunnya.

"Tujuannya, listrik ini bisa dipakai tepat sasaran. Bisa juga mendapat manfaat penghematan subsidi yang tiap tahun membesar," tuturnya.

Beberapa faktor penyebab subsidi listrik yang kian membengkak setiap tahunnya di antaranya yaitu faktor eksternal, seperti harga minyak mentah Indonesia (ICP) dan harga batu bara. Namun, untuk batu bara, meski harganya melonjak tinggi, namun sudah tertolong dengan adanya kebijakan harga batu bara khusus di dalam negeri.

Seperti diketahui, harga batu bara untuk penjualan di dalam negeri (Domestic Market Obligation/ DMO) dibatasi maksimal US$ 70 per ton. Bila harga batu bara acuan di atas US$ 70 per barel, maka harga batu bara untuk kebutuhan dalam negeri, seperti untuk pembangkit listrik tetap dibatasi paling tinggi US$ 70 per ton.

"Batu bara harganya sudah tembus di atas US$ 100. Untungnya, untuk dalam negeri sudah dipatok sesuai dengan DMO," tuturnya.

Hingga April 2021, menurutnya subsidi listrik telah mencapai Rp 22,1 triliun. Hingga akhir tahun diperkirakan outlook subsidi bisa mencapai Rp 59,26 triliun, naik tipis dari APBN 2021 yang sebesar Rp 59,20 triliun. Adapun asumsi subsidi listrik pada 2021 ini dengan asumsi nilai tukar Rp 14.600 per US$, ICP US$ 45 per barel, dan biaya pokok penyediaan listrik Rp 1.334,44 per kWh, dan penjualan listrik mencapai 266,47 Tera Watt hour (TWh).

Pri Agung Rakhmanto, ahli ekonomi energi dan juga pendiri ReforMiner Institute, mengatakan subsidi energi tertutup yang paling siap diterapkan adalah di sektor kelistrikan.

Hal ini dikarenakan penggunanya sudah dikelompokkan berdasarkan golongan-golongan pelanggan tertentu dengan jelas dan sistemnya pun sudah cukup mapan.

"Satu-satunya subsidi energi yang bisa lebih siap untuk diterapkan tertutup adalah subsidi listrik karena penggunanya telah dikelompokkan berdasarkan golongan-golongan tertentu dengan jelas dalam sistem yang sudah cukup established," ungkapnya kepada CNBC Indonesia beberapa waktu lalu.

(wia)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular