Deputi Kemenko PMK: Pandemi Bikin Orang Tua Siswa Frustrasi

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
02 June 2021 14:25
Sejumlah siswa belajar menggunakan fasilitas wifi gratis di Sanggar Suluk Nusantara di Wilayah Perumahan Depok Mulya 1, Depok, Jawa Barat, Selasa (11/8/2020). Sri Wiwoho pemilik sanggar budaya sekaligus warga yang memprakarsai wifi gratis ini mengungkap Fasilitas wifi itu disediakan sebagai bentuk kepedulian atas kesulitan biaya untuk kebutuhan belajar daring
Foto: Sejumlah siswa belajar menggunakan fasilitas wifi gratis di Sanggar Suluk Nusantara di Wilayah Perumahan Depok Mulya 1, Depok, Jawa Barat, Selasa (11/8/2020). Sri Wiwoho pemilik sanggar budaya sekaligus warga yang memprakarsai wifi gratis ini mengungkap Fasilitas wifi itu disediakan sebagai bentuk kepedulian atas kesulitan biaya untuk kebutuhan belajar daring

Jakarta, CNBC Indonesia - Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Agus Sartono mengatakan bahwa orang tua menjadi pendidik utama sebelum anak-anak dikirim ke sekolah formal.

Peran orang tua di rumah ini, menurut dia, semakin terasa saat pandemi Covid-19. Namun dia mengatakan, banyak orang tua yang mengaku tak mudah mendidik anak-anaknya di rumah.

"Di masa pandemi kita menyaksikan orang tua memahami tidak mudah mendidik putra-putrinya, bagaimana orang tua frustrasi baru dua bulan (sekolah online). Selama ini (orang tua) menikmati luxury, bisa kerja dengan nyaman, putra-putri diserahkan di skolah, bahkan orang tua kadang abai," katanya dalam Webinar Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia "Pendidikan Indonesia untuk Masa Depan Bangsa dan Kemanusiaan" di Jakarta, Rabu (2/6/2021).

Tak jarang dia menemukan orang tua yang tak pernah menanyakan perkembangan pendidikan sang anak. Sehingga begitu ada persoalan langsung menimpakan kepada guru. Dia mengatakan orang tua kadang lupa bahwa mereka adalah guru di rumah.

Dia menambahkan, pendidikan merupakan rekayasa sosial yang menjadi bentuk karakter dan peradaban. Pendidikan bukan membuat orang pandai ekonomi, matematika, tapi harus berkarakter dan memahami.

Menurut dia, ada tiga hal yang harus dimiliki anak didik agar memiliki karakter. Pertama karakter pekerja keras. Saat ini ada 68 juta siswa PAUD hingga perguruan tinggi. Bagaimana memastikan 68 juta siswa tersebut punya semangat kerja keras mengedepankan proses daripada hasil.

"Tidak ada artinya hasil baik tapi melanggar keadaban, melanggar aturan," ujarnya.

Kedua sikap gotong royong, sebab tidak mungkin ada gotong royong kalau tak ada etos kerja dalam anak-anak. Terakhir adalah integritas yang harus ada di setiap diri anak didik.

"Tiga nilai ini bukan hadir bukan karena tiba-tiba. Kita perlu memastikan setiap anak didik memahami kerja keras gotong royong dan integritas. Karena hidup akan jadi meaningless kalau mengorbankan integritas," pungkasnya.


(yun/yun)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 14 Provinsi Siap Buka Sekolah Tatap Muka, Catat yah Bunda!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular