Skenario Terburuk Tsunami Jatim Versi BMKG: Genangan 30 Meter

Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
02 June 2021 13:43
Kepala BMKG Prof Dwikorita Karnawati (Rengga Sancaya/detikcom)
Foto: Kepala BMKG Dwikorita Karnawati (Rengga Sancaya/detikcom)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan ada skenario terburuk gempabumi M 8,7 hingga genangan akibat tsunami setinggi 30 meter di sejumlah wilayah di Jawa Timur.

Saat menghadiri webinar kajian dan mitigasi gempabumi dan tsunami di Jawa Timur pada, Jumat (28/5/2021), Dwikorita mengungkapkan ada tren peningkatan gempabumi di berbagai daerah, termasuk Jawa Timur. Bahkan, dia juga memaparkan skenario terburuk gempabumi di provinsi itu bisa mencapai M 8,7 sehingga bisa memicu tsunami.

"Jadi memang sejak awal tahun kami melakukan, sebelum ada kejadian gempa di Jawa Timur yang sudah dua kali ini, tepatnya akhir tahun kami melakukan evaluasi di wilayah Indonesia ini mengalami peningkatan kejadian gempa bumi di beberapa daerah," ujar Dwikorita.

"Jadi kami melakukan evaluasi di beberapa klaster di wilayah Indonesia ini mengalami peningkatan kegempaan, terutama klaster antara lain yang ada di Jawa Timur atau tepatnya lepas pantai selatan Jawa Timur dan juga klaster di selatan Selat Sunda, selatan Jawa Barat, kemudian juga selatan Jawa Tengah serta sebelah barat kepulauan Mentawai yang dapat berdampak ke Sumatra Barat, terutama klaster-klaster tersebut," ujarnya.

Khusus di Jawa Timur, Dwikorita menyebut selama ini rata-rata kejadian gempabumi mencapai 300-400 kali sebulan. Namun, sejak Januari 2021, jumlahnya sudah meningkat menjadi rata-rata 600 kali sebulan.

"Nah sehingga kami menyusuri pantai mulai Jatim sampai Selat Sunda mencek yang kami khawatirkan dari catatan sejarah gempa-gempa yang kekuatannya di atas M 7,0 diprediksi skenario terburuk kekuatannya M 8,7. Kekuatan M 8,7 ini bisa membangkit tsunami," kata Dwikorita.

"Sehingga yang kami cek adalah kesiapan aparat setempat dan juga pemerintah daerah setempat serta kesiapan sarana prasarana untuk evakuasi apabila terjadi tsunami. Itulah yang perlu kami sampaikan dari apa kajian dan survei yang kami lakukan," lanjutnya.

Eks Rektor UGM itu menjelaskan di Jawa Timur, dari sekian ratus kali gempabumi, ada zona yang kosong alias seismic gap. Zona-zona kosong itu dikhawatirkan lantaran belum melepaskan energi sebagai gempa.

"Inilah yang kami jadikan skenario kita ambil kemungkinan magnitudo tertinggi ini juga berdasarkan kajian dari Pusat Studi Gempa Nasional kemungkinan M 8,7, dan itu yang menjadi dasar skenario untuk memprediksi kemungkinan terjadinya tsunami berapa ketinggian gelombang, kapan waktu datangnya, dan jarak masuknya berapa. Sehingga kami melakukan pemetaan bahaya tsunami juga," katanya.



Dwikorita mengungkapkan, ada sembilan kejadian gempabumi merusak sejak 1936 hingga 1972. Kekuatan gempabumi itu merusak lantaran intensitas guncangan mencapai VII.

"Itu sangat kuat. Artinya kalau masa lalu sudah pernah terjadi ini kemungkinan masih bisa terjadi dalam waktu-waktu ke depan. Inilah yang kita sedang bersiap-siap karena di Jatim itu juga ada zona-zona patahan aktif yang ada di situ patahan aktif Kendeng, Pasuruan, nah zona-zona ini mohon pemerintah daerahnya perlu mewaspadai Probolinggo, ini juga RMKS di sekitar Rembang sampai ke Madura ini," ujar Dwikorita.

Kemudian, lanjut dia, tsunami pernah terjadi sebanyak enam kali di Jawa Timur. Kali terakhir terjadi pada 2 Juni 1994 di pesisir pantai selatan Jawa Timur, termasuk Banyuwangi.

Dari sejarah maupun data yang terekam, Dwikorita menjelaskan BMKG menyusun simulasi dan pemodelan secara sistematis perihal potensi tsunami Jawa Timur. Hasilnya adalah potensi tiinggi maksimum berada di Kabupaten Trenggalek mencapai 26-29 meter. Sementara waktu tiba tercepat di Kabupaten Blitar selama 20-24 menit.

BMKG, menurut Dwikorita, juga melakukan pemetaan terhadap kabupaten yang berpotensi mengalami genangan tinggi akibat tsunami. Berikut adalah perinciannya:

Pantai Teluk Sumbreng Trenggalek: 22 Meter (maksimal)
Pantai Popoh Tulung Agung: 30 Meter (maksimal)
Pantai Muncar Banyuwangi: 18 Meter (maksimal)
Pantai Pancer Banyuwangi: 12 Meter (maksimal)
Pantai Teluk Pacitan: 22 Meter (maksimal)
Pantai Pasirian Lumajang: 18 meter (maksimal)
Pantai Tempursari Lumajang: 18 meter (maksimal)

"Kami juga melakukan verifikasi ke lapangan, jadi terima kasih sekali ibu gubernur, aparat pemerintah daerah sangat siap juga sigap, dan smart. Nah ini kami selalu bersama di lapangan, bahkan didampingi tokoh ulama," ujar Dwikorita.

"Apa yang kita lihat bersama, dari kesiapan aparat, memang sudah siap ibu. Terus terang kami bangga. Tidak banyak BPBD yang sesiap di Jatim dan juga bupatinya atau walikotanya itu sangat peduli, sangat peduli, kami berterima kasih," lanjutnya.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Worst Scenario Jatim: Gempa M 8,7 & Genangan Tsunami 30 Meter

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular