
Desas-Desus Calon Mitra Pertamina di Kilang Balikpapan

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) kini dalam tahap pembangunan kilang ekspansi atau dikenal dengan Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, Kalimantan Timur.
Proyek RDMP Balikpapan yang kini sedang dalam tahap pembangunan fisik atau konstruksi untuk meningkatkan kapasitas pengolahan minyak mentah menjadi sekitar 360 ribu barel per hari (bph) dari saat ini 260 ribu bph ditargetkan bisa beroperasi pada 2023 mendatang.
Untuk berbagi risiko, PT Pertamina (Persero) pun berencana menggandeng mitra untuk proyek RDMP Balikpapan ini. Saat ini dikabarkan ada dua calon mitra yang dalam tahap negosiasi dengan Pertamina, yakni GIC Pte Ltd asal Singapura dan Mubadala asal Uni Emirat Arab (UEA).
Namun, ada kabar tak sedap terkait seleksi calon mitra ini. Salah satu dari kedua perusahaan tersebut dikabarkan mundur dari proses seleksi mitra ini. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Pertamina, Senin (31/05/2021).
Eddy menyampaikan bahwa dia mendengar kabar dua calon investor Pertamina mundur dari proyek RDMP Balikpapan.
"Dua investor Pertamina pull out dari refinery (Balikpapan), sejauh mana berdampak pada pembangunan ini," tanya Eddy saat RDP dengan Pertamina, Senin (31/05/2021).
Lantas, apakah kabar tersebut benar? Bagaimana respons Pertamina?
Menjawab pertanyaan ini, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati pun menjelaskan bahwa proses pemilihan mitra untuk RDMP Kilang Balikpapan awalnya sudah mengarah pada GIC Pte Ltd asal Singapura dan Mubadala asal Uni Emirat Arab (UEA).
"Sebelumnya, dari proses pemilihan partner investasi di RDMP Balikpapan, sudah mengerucut ke GIC dan Mubadala," jelasnya.
Namun di dalam perkembangannya, menurutnya ada hal yang belum disepakati. Dia menyebut, secara informal di antara dua calon partner ini ada yang menyatakan mundur. Namun sayangnya, Nicke tidak menyampaikan secara detail perusahaan mana yang berniat mundur. Namun diskusi dengan salah satu calon mitra dinyatakan masih terus berlanjut.
"Yang satu masih berlanjut kok," lanjutnya.
Lebih lanjut Nicke mengatakan pihaknya saat ini sedang penjajakan dengan lembaga pengelola investasi Indonesia Investment Authority (INA), sehingga mundurnya salah satu calon mitra dinilai tak menjadi penghambat pengembangan proyek ini.
"INA nanti juga akan masuk ke RDMP Balikpapan. Kami buka komunikasi dengan INA soal ini. Tentu dengan ini kami berharap dampak secara informal mundurnya salah satu (calon mitra) ini nggak menghambat," ungkapnya.
Dia menyebut porsi dari partner ini pun juga tidak terlalu besar.
"Kemarin itu porsi equity yang kita buka US$ 500 juta-1 miliar. Jadi, yang kemarin itu US$ 500 juta ya. Kita buka kan, terus pembahasan pertama US$ 500 juta," tuturnya.
Sebelumnya, Pjs Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, sepanjang 2020-2024, Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor energi sedang menjalankan 14 Proyek Strategis Nasional (PSN) dan 300 proyek investasi lainnya di sektor hulu, hilir dan energi bersih terbarukan dengan total anggaran hingga US$ 92 miliar.
Selain itu, terdapat beberapa rencana proyek strategis Pertamina dalam rangka unlock value untuk mengoptimalisasi nilai Pertamina Group. Adapun pendanaan untuk proyek tersebut berasal dari internal maupun eksternal.
Dia mengatakan, sebagian proyek-proyek tersebut berpeluang untuk mendapatkan pendanaan dari INA. Karenanya, dalam rangka mengeksplorasi lebih detail potensi kerja sama tersebut, Rabu (19/05/2021) Pertamina dan INA menandatangani Perjanjian Kerahasiaan (Non-Disclosure Agreement/NDA).
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lagi, Pertamina Kehilangan Calon Mitra di Kilang Balikpapan
